PM Israel berjanji akan melakukan pembalasan setelah serangan rudal Iran di wilayah Israel. Uni Eropa dan PBB telah mendesak deeskalasi di wilayah tersebut. Iran sendiri menyebut serangan itu sebagai tindakan bela diri.
Menteri Luar Negeri Iran Seyed Abbas Araghchi menggambarkan peluncuran rudal hari Selasa sebagai tindakan yang sesuai dengan hukum PBB.
"Sebelumnya malam ini, kami melakukan pembelaan diri berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB, yang hanya menargetkan lokasi militer dan keamanan yang bertanggung jawab atas genosida di Gaza dan Lebanon," tulisnya di X.
Istilah "genosida" telah ditentang oleh Israel sehubungan dengan kegiatannya di Timur Tengah, dengan Israel mengatakan bahwa mereka berhati-hati untuk melindungi kehidupan sipil dalam operasi militernya.
Meskipun Iran sebelumnya menuduh Israel melakukan serangan di dalam wilayah Iran, sebagian besar serangan Israel baru-baru ini ditujukan terhadap kelompok-kelompok yang didukung Iran, seperti Hizbullah di Lebanon.
Araghchi mengatakan bahwa Teheran melakukan "pengekangan yang luar biasa" untuk "memberikan ruang bagi gencatan senjata di Gaza."
Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa tidak ada serangan lebih lanjut yang direncanakan.
"Tindakan kami akan dihentikan kecuali rezim Israel memutuskan untuk melakukan pembalasan lebih lanjut. Dalam skenario itu, respons kami akan lebih kuat dan lebih dahsyat."
Israel sendiri menyatakan akan melakukan perhitungan serius atas serang Iran tersebut. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Iran akan "membayar" setelah menembakkan hampir 200 rudal ke Israel pada hari Selasa.
"Iran membuat kesalahan besar malam ini dan akan membayarnya," kata Netanyahu beberapa jam setelah serangan itu, dan memperingatkan: "Siapa pun yang menyerang kami, kami akan menyerang mereka."
Menteri Pertahanan Yoav Gallant memberikan komentar serupa, dengan mengatakan: "Iran belum belajar dari pelajaran sederhana — mereka yang menyerang negara Israel, akan membayar harga yang mahal."
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa AS sedang berdiskusi dengan Israel tentang bagaimana menanggapi serangan tersebut.
Wakil Presiden Kamala Harris, yang juga calon presiden dari Partai Demokrat, menyebut Iran sebagai "kekuatan yang tidak stabil dan berbahaya di Timur Tengah.
"Saya sepenuhnya mendukung perintah Presiden Joe Biden agar militer AS menembak jatuh rudal Iran yang menargetkan Israel," katanya.
Sementara itu, tokoh-tokoh di masyarakat internasional terus menyerukan de-eskalasi.
"Uni Eropa mengutuk dengan keras serangan Iran terhadap Israel," kata kepala urusan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell dalam sebuah pernyataan di X. Ia menambahkan bahwa siklus serangan ini berisiko memicu eskalasi regional yang tak terkendali. Kami menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri semaksimal mungkin.
"Saya mengutuk meluasnya konflik Timur Tengah dengan eskalasi demi eskalasi," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. "Ini harus dihentikan. Kami benar-benar membutuhkan gencatan senjata."
Di bagian lain, militer Israel pada Selasa malam meminta penduduk Beirut selatan untuk mengungsi, dengan mengatakan bahwa mereka berencana untuk menyerang instalasi Hizbullah di sana.
Pasukan Israel telah membombardir Beirut selatan khususnya dalam beberapa minggu terakhir, menjadikannya fokus baru konflik yang dimulai hampir setahun lalu.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan bahwa 55 orang tewas dan 156 orang terluka akibat serangan Israel pada hari Selasa saja.