close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kolase Yasir Den Has saat bertugas di era 80-an dan tampil di Ulang Tahun TVRI pada 2009. Foto Instagram Yasir Den Has, Youtube
icon caption
Kolase Yasir Den Has saat bertugas di era 80-an dan tampil di Ulang Tahun TVRI pada 2009. Foto Instagram Yasir Den Has, Youtube
Media
Selasa, 19 Juli 2022 10:21

Yasir Den Has mantan primadona TVRI, penyiar teladan kaya pengalaman

Penyiar Yasir Den Has, kelahiran Silungkang 1944, merupakan salah satu legenda hidup stasiun TVRI (Televisi Republik Indonesia).
swipe

Penyiar Yasir Den Has, kelahiran Silungkang 1944, merupakan salah satu legenda hidup stasiun TVRI (Televisi Republik Indonesia). Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini terkenal karena membawakan siaran Dunia Dalam Berita di era 80-90 an. Program itu tayang perdana 22 Desember 1978 dari pukul 21:00 sampai 21:30 WIB setiap hari.

Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, Yasir diberi suara bariton. Dulu, dia awalnya diseleksi untuk membaca iklan. Setelah terpilih, ribuan iklan dibintangi Yasir. Lebih dari 60 persen iklan yang beredar di Indonesia pada masanya baik di radio, televisi, maupun di bioskop itu suara Yasir.

"Dites dulu, di antara sekian penyiar, siapa yang suaranya cocok untuk membacakan iklan tertentu. Mungkin di layar kaca TVRI dulu kalau pernah nonton 'Cathay Pasific' dan 'PAN AM' itu suara saya. Banyak sekali, (iklan) rokok apalagi," ungkapnya.

Sehari-hari, Yasir sering rekaman di Sanggar Prathivi Jakarta. Kebetulan, salah satu penyiar TVRI waktu itu, Rini Soetomo (istri aktor Deddy Soetomo), menelepon dia untuk membacakan salah satu produk dari Unilever. Rini saat itu, produser radio Unilever.

Yasir pun datang ke studio, bertemu Rini, lalu membacakan iklan. Selesai itu, Rini memberitahu: "TVRI mencari penyiar untuk siaran berita. Anda mau tidak?" Yasir langsung mau, karena berpikir itu kesempatan bagi dirinya. Tapi dia belum yakin dengan omongan tersebut, pikirnya, Rini guyon saja atau bercanda.

"Saya penasaran. Kebetulan, dari Pasar Baru Timur ke Gunung Sahari dekat, rumahnya Ahmad Syarief (penyiar TVRI). Saya mampir ke rumah Syarief, bilang: 'Apa benar, TVRI cari penyiar untuk pembaca berita?' Benar, jawabnya," tutur Yasir.

Syarief menyarankan dia membuat lamaran. Besoknya, dia pula yang mengantarkan Yasir ke TVRI. Di kantor itu, Yasir dikenalkan pada Kepala Sub Pemberitaan Adi Kasno. Kepada Kassub Berita TVRI, Syarief bahkan menyebut Yasir sebagai gurunya. Syarief memang belajar siaran dengan Yasir sewaktu Yasir masih menyiar di Radio Antar Nusa Djaja.

Setelah itu, dipastikan pada jam tertentu di tanggal sekian, Yasir harus datang untuk dites di TVRI. Pengetesnya Victor Huwae, Edwin Saleh Indrapraja mantan penyiar Radio Australia, dan Toeti Adhitama. Ada 60 orang calon yang melamar. Ternyata yang lulus cuma dua, Yasir sendiri dan Didi Yudha Prawira. Tapi Yasir diberi kesempatan memilih jadi pembaca berita atau penyiar continuity (untuk pembawa acara hiburan). Dia memilih, pembaca berita.

"Karena lebih enak, jam sekian sampai jam sekian tugas kita, selesai itu pulang. Kalau jadi penyiar continuity, dari pagi stand by tidak tahu siaran jam berapa on-air. Maka, saya pilih itu," katanya.

Akhirnya, dia masuk bekerja ke TVRI. Sebelum ada Yasir, penyiar yang paling terkenal adalah Idrus. Sebulan, dua bulan, kemudian -- Idrus bilang: "Hampir setiap hari surat pemirsa yang masuk untuk Yasir Den Has melulu. Saya sudah kalah sekarang. Yang jadi favorit fans itu sekarang Anda," katanya. Primadona TVRI, Yasir mengucap syukur. Persahabatannya dengan Idrus tetap baik.    

Yasir Den Has selain menyiar juga menulis buku 'Kiat Sukses Menjadi Presenter Profesional: Edukasi di Balik Biografi -- Yasir Den Has Penyiar Teladan Kaya Pengalaman' dengan pengantar budayawan Taufik Ismail.

Klaim sebagai penyiar teladan kaya pengalaman bukan buatan Yasir sendiri. Pada tahun 1978, diadakan pemilihan penyiar terbaik radio swasta niaga se-DKI Jakarta. Dan Yasir juara satu, jadi penyiar teladan pertama. Karena itu, dia menyebut dirinya: "Penyiar teladan kaya pengalaman."

Yasir bersiaran radio sejak tahun 1964 di radio Angkatan Udara. Ruang siarnya di bilangan Polonia, hingga kini dia masih siaran di sana. Di Radio Airmen 107,9FM gelegar informasi dirgantara. Suara bariton khas Yasir masih dapat didengarkan Selasa dan Kamis pukul 7:00 sampai 10:00 di acara Selamat Pagi Jakarta, Selamat Pagi Indonesia, dan Selamat Pagi Dunia. Sabtu pagi pukul 7:00-10:00 acaranya Mari Bernostalgia.

"Mendendangkan lagu-lagu tempo dulu seperti Titiek Sandhora, Lilies Suryani, Ernie Djohan. Itu, saya siaran berdua sama istri saya. Kemudian, Minggu malam kembali bernostalgia bersama Yasir Den Has dan Rina Den Has," katanya.

Kalau mendengarkan cuplikan siaran TVRI, Yasir mengucapkan kata demi kata dengan begitu jelas dalam suara bariton. Suara kata demi kata terdengar di telingar tidak ada yang keliru.

"Contoh saja, misalnya akronim DPR. Orang membacanya: 'De Pe Er' itu salah. Yang betul, (huruf per huruf dilafazkan sesuai bunyinya) DPR. (Huruf) 'e' itu (berbunyi) tajam. Begitu juga untuk: DKI. Itu yang banyak penyiar sekarang tidak tahu. Kalau kita dulu, huruf demi huruf itu dipelajari dulu," serunya.

img
Arpan Rachman
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan