Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) baru saja merilis 200 nama penceramah Islam Indonesia. Hanya saja, rilis yang dikeluarkan oleh Kemenag tersebut banyak mendapat respons dari berbagai kalangan.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa'adi memaklumi keputusan Kemenag mengeluarkan rekomendasi perihal nama-nama mubaligh yang direkomendasikan. Bagi Zainut, keputusan pemerintah mengeluarkan rekomendasi tersebut berdasarkan pertimbangan yang matang.
Misalnya, Kemenag menilai para penceramah yang layak diundang adalah yang memiliki kompetensi tinggi terhadap ajaran Agama Islam. Selain itu, para mubaligh yang layak jadi pertimbang memiliki pengalaman berceramah.
"Menjadi penceramah tidak hanya penguasaan konten, tapi keterampilan dalam menyampaikan isi pesan ke masyarakat. Selain juga para mubaligh harus memiliki komitmen kebangsaan yang tinggi," terang Zainut.
Zainut berpandangan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Kemenag hanya sebagai pertimbangan, bukanlah suatu hal yang harus diikuti dan sifatnya tidak mengikat.
Meskipun masih banyak nama-nama ulama, kiai atau mubaligh yang belum tercatat, Zainut mengatakan, hal tersebut bukan berarti ulama, kiai yang tidak tercantum dalam list, tidak memenuhi tiga katagori di tersebut. Sebab masyarakat yang memiliki hak untuk memilih.
Masyarakatlah yang mengetahui kebutuhan dari sisi rohani. Meski begitu, Zainut mengimbau agar masyarakat juga mempertimbangkan hal-hal di atas agar ceramah agama tidak keluar dari substansinya.
Di sisi lain, MUI berharap masyarakat tidak menjadikan rekomendasi tersebut sebagai polemik. Sebaliknya, masyarakat diminta bersikap bijaksana dan tidak gaduh, agar tetap menciptakan kondisi yang khusuk selama Ramadan.
Yusuf Mansur, salah satu penceramah yang masuk dalam list Kemenag juga meminta agar umat tidak gaduh merespons hal tersebut. Ia juga berharap tidak terjadi perpecahan ataupun berseberangan dengan tokoh lain yang tidak ada dalam daftar tersebut.
"Jangan sampai ada penolakan terhadap yang tidak direkomendasikan juga. Ingat, Indonesia begitu luas, dari Sabang sampai Merauke, dari Aceh sampai Papua. Tidak mungkin bisa ditangani oleh 200 nama yang direkomendasikan," kata Yusuf Mansur.
Pendiri Pay Tren ini mengaku justru lebih senang dan tenang namanya tidak masuk dalam daftar nama tersebut. Alasannya, masih banyak dari dirinya kekurangan dan masih perlu belajar banyak.