Staf Khusus Kementerian Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal Regional Candra Fajri Ananda, buka suara terkait kinerja perdagangan global, yang semakin memengaruhi dinamika perekonomian dalam negeri.
“Ekonomi Indonesia sebenarnya tidak bisa lepas dari perubahan-perubahan global. Kita bisa berangkat dari Covid-19 yang sampai sekarang belum sepenuhnya berhenti, dan masih meninggalkan beberapa risiko bagi perekonomian kita,” ucap Candra dalam sesi pertama Kemenkeu Corpu Talk, Kamis (6/10).
Kemudian, Candra kembali menegaskan mengenai inflasi global yang terus meningkat, sehingga menyebabkan likuiditas di pasar keuangan semakin ketat, dan menghambat pertumbuhan kredit. Menurut Candra, kondisi tersebut perlu diperhatikan, terutama peran dari sistem perbankan di Indonesia.
“Sebelumnya sudah diumumkan, inflasi kita 5,95% yang dulunya kita agak ragu karena sempat diperkirakan 6,2%. Makna dari angka ini sebenarnya bukan masalah tinggi atau rendah, tetapi maknanya adalah bahwa apa yang kita lakukan sebagai satu policy maker, baik oleh Bank Indonesia dan pemerintah (Kemenkeu) itu, mampu mengontrol pergerakan inflasi, dan ini sangat penting,” jelasnya.
Hal lainnya yang dijelaskan oleh Candra adalah potensi krisi global. Dalam pemaparannya, Candra mengatakan, hal ini disebabkan oleh banyaknya negara yang memiliki rasio utang di atas 60% dari pajak bumi dan bangunannya (PBB).
“Tentu ini akan sangat beragam dampaknya, dan tentu bagi Indonesia juga akan terimbas kalau ini sampai tidak mampu kita mitigasi sejak awal,” kata Candra.
Hal terakhir yang perlu diwaspadai adalah potensi stagflasi bagi dunia usaha. Candra menyampaikan, peranan swasta dalam pembiayaan turut menjadi kunci bagi perekonomian Indonesia ke depannya, sehingga kalau terjadi stagflasi akan menyebabkan permasalahan sendiri bagi kelangsungan pembangunan di Indonesia.