Pasangan calon kepala daerah yang didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendominasi pilkada strategis di Pulau Jawa. Jagoan KIM unggul di Pilgub Jawa Timur (Jatim), Jawa Tengah (Jateng), Jawa Barat (Jabar), dan Banten. Kandidat yang diusung mayoritas anggota KIM hanya kalah di Pilgub DKI Jakarta.
Di Jatim, KIM sepakat mengusung Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak (Khofifah-Emil). Berbasis hasil hitung cepat Litbang Kompas, Khofifah-Emil mengoleksi 58,53% suara. Pesaing terdekat mereka, Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta hanya meraih 33,04%. Pasangan Luluk Nur Hamidah-Lukman Khakim terbontot dengan raihan 8,43%.
Di Pilgub Jateng, jagoan KIM ialah pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen (Luthfi-Yasin). Berbasis suara masuk 78%, Litbang Kompas mencatat Luthfi-Yasin mendapatkan 59,41%. Penantang mereka, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi yang hanya diusung PDI-Perjuangan memperoleh 40,59% dukungan.
Dominasi KIM terutama terasa di Pilgub Jabar. Bersaing dengan tiga pasang calon lainnya, pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan--berbasis hasil hitung cepat LSI Denny JA--meraup 62,22% suara. Pesaing terdekat mereka, Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie yang diusung NasDem dan PKS hanya mengoleksi 18,28% dukungan.
Di Banten, LSI Denny JA mencatat pasangan Andra Soni-Achmad Dimyati Narakusumah unggul dengan raihan 55,21%. Pasangan Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi hanya mendapatkan 44,79% suara. Meski begitu, kedua kandidat gubernur sama-sama dianggap merepresentasikan perwakilan KIM. Pasalnya, Airin tercatat masih kader Golkar.
Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Kholidul Adib menilai dominannya KIM di berbagai pilgub di Jawa merupakan alarm bagi PDI-P. Bukan tidak mungkin dominasi PDI-P sebagai pemenang pileg selama tiga kali berturut-turut digeser oleh Gerindra atau parpol lainnya.
"Jika performa Prabowo (Subianto) selama memimpin sebagai presiden bagus dan Gerindra mampu menata barisannya dengan rapi, maka Gerindra berpeluang untuk memenangkan Pileg 2029. Cuma, yang jadi pertanyaan ialah bagaimana mereka menang secara demokratis dengan tetap menjaga netralitas ASN, TNI dan Polri. Itu yang harus menjadi perhatian oleh para aktivis prodemokrasi," kata Kholidul kepada Alinea.id, Kamis (28/11).
Menurut Kholidul, pemerintahan Prabowo bakal diuntungkan oleh banyaknya kandidat KIM yang memenangi kompetesi elektoral di Pilkada Serentak 2024. Pemerintah sejatinya bakal lebih mudah mengeksekusi program-program berskala nasioanal.
"Dengan menguasai daerah-daerah kunci di Jawa, maka kekuasaan Prabowo–Gibran dapat lebih aman hingga 2029. Hanya saja, justru tantangannya adalah apakah Prabowo–Gibran (Jokowi) bisa solid bertahan hingga 2029? Jangan sampai baru dua tahun sudah renggang," kata Kholidul.
Senada, analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Bakir Ihsan menilai dominasi KIM sejumlah pilkada strategis di Jawa akan mempermudah kerja Prabowo ke depan. Koordinasi pusat dan daerah akan jauh lebih lancar jika para kepala daerah berasal dari KIM.
"Karena itu memang keinginan dari Prabowo. Saya rasa, presiden jadinya berpengaruh di tingkat pusat dan nasional. Saya kira bisa dengan mudah dilakukan koordinasi dan memastikan kerja yang berkelindan antara pusat dan daerah lebih maksimal," kata Bakir kepada Alinea.id, Kamis (28/11).
Namun demikian, ia berharap dominasi KIM di Jawa tidak tergelincir menjadi bentuk-bentuk sentralisasi kekuasaan. Ia berharap semua program pemerintah dirasakan masyarakat, terlepas apakah kepala daerah yang terpilih berasal dari KIM atau bukan. "Jadi, jangan justru jadi sentralistik," kata Bakir.
Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menilai penguasaan KIM hampir di seluruh wilayah Jawa sangat politis. Dominasi KIM di Jawa bisa menjadi investasi politik untuk Pemilu 2029.
Kepala daerah dari KIM, kata dia, bisa memanfaatkan anggaran pusat untuk merawat basis massa dan meningkatkan elektabilitas selama lima tahun. "Baik itu melalui pelaksanaan kebijakan, transfer anggaran, hingga pembangunan infrastruktur," kata Wasisto kepada Alinea.id.
Sebagai parpol pemenang Pileg 2024, PDI-P perlu kerja ekstra keras untuk merawat elektabilitasnya hingga Pileg 2029. Apalagi, PDI-P kemungkinan hanya bakal mengandalkan Pramono Anung-Rano Karno sebagai "wajah" PDI-P di ranah eksekutif.
"Apakah PDIP akan memanfaatkan kemenangan di Jakarta sebagai partai pengusung tunggal akan menambah kepercayaan diri beroposisi. Meski begiu, saya pikir akan sulit karena secara administratif dan konstitusional, gubernur dan wagub akan tunduk dan patuh pada arahan presiden," kata Wasisto.