Pilgub DKI 2024 kemungkinan berlangsung dua putaran. Hasil hitung cepat sejumlah lembaga menunjukkan raihan suara pasangan Pramono Anung-Rano Karno (Pramono-Rano) belum menyentuh angka lebih dari 50%. Namun, ada pula lembaga survei yang menunjukkan pasangan jagoan PDI-Perjuangan itu sudah memenuhi syarat memenangi pilgub dalam satu putaran.
Dengan jumlah data masuk 100%, hasil hitung cepat Indikator Politik Indonesia menemukan pasangan Pramono-Rano meraup 49,87% dukungan. Pesaing terdekat mereka, pasangan Ridwan Kamil (RK)-Suswono alias Rido mengoleksi 39,53% suara. Pasangan Dharma Pongrekun-Kun Wardhana (Dharma-Kun) berada di posisi terbontot dengan raupan 10,61% suara.
Hasil sedikit berbeda ditemukan Charta Politika Indonesia. Pada papan hitung cepat Charta, Pramono-Rano unggul dengan raihan suara sebesar 50,15%, sedangkan RK-Suswono meraih 39,25%. Dipastikan bakal tersingkir jika Pilgub DKI berlangsung dua putaran, Dharma Kun meraih 10,60% dukungan warga DKI.
Direktur Eksekutif Citra Institute, Yusak Farchan menilai putaran kedua Pilgub DKI Jakarta bakal berlangsung sengit jika terealisasi. Disokong belasan parpol yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, bukan tidak mungkin pasangan RK-Suswono membalikan keadaan dan menjadi pemenang Pilgub DKI.
Menurut Yusak, mesin parpol pasangan RK-Suswono kurang apik di putaran pertama Pilgub DKI. Ia berpendapat hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Golkar saja yang benar-benar berkeringat mengampanyekan RK. Mesin parpol NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Gerindra, dan parpol-parpol lainnya tidak banyak bergerak.
“Karena terjadi putaran kedua mungkin saja bakal ada perubahan karena di atas kertas RK-Suswono menang (jumlah dukungan). Jadi, sebaliknya terjadi karena tidak semua partai kompak. Apalagi, sebagian (konstituen) PKS kan ke Pram karena ada Anies,” jelas Yusak kepada Alinea.id, Jumat (29/11).
Jelang pencoblosan, Pramono-Rano mendapat suntikan elektoral setelah eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendeklarasikan dukungan terbuka untuk mereka. Deklarasi dukungan dari Anies muncul setelah Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) turun langsung untuk mengampanyekan pasangan RK-Suswono.
Peta elektoral Pilgub DKI, menurut Yusak, bisa berubah drastis di putaran kedua. Ia merinci sejumlah faktor. Pertama, sokongan langsung dari Jokowi plus Prabowo kepada pasangan RK-Suswono. Kedua, limpahan suara dari pasangan Dharma-Kun.
Terakhir, limpahan suara dari kalangan golongan putih (golput) alias pemegang hak pilih yang tak mencoblos di putaran pertama Pilgub DKI. Survei sejumlah lembaga menunjukkan lebih dari 40% warga DKI golput pada putaran pertama.
“Melawan Anies sebenarnya membangkitkan macan tidur oleh Prabowo-Jokowi. Tetapi, di putaran kedua, bisa jadi Pram disalip sama RK jika keduanya turun. Kata kuncinya ada endorsement Prabowo dan Jokowi yang melebihi pengaruh Anies," jelas Yusak.
Direktur Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul sepakat RK-Suswono masih berpeluang besar menekuk Pramono-Rano di putaran kedua Pilgub DKI. Namun, ia tak yakin endorsement Jokowi dan Prabowo bisa signifikan mendongkrak posisi elektoral RK-Suswono.
Namun, ia meyakini Jokowi-Prabowo beserta KIM Plus bakal all out di putaran kedua. Biar bagaimanapun DKI masih jadi barometer dunia politik di Indonesia. Penguasa DKI hampir selalu masuk di bursa kandidat untuk level pilpres.
“Selain itu, suara independen ini (yang belum mencoblos di putaran pertama) juga akan menentukan (hasil akhir Pilgub DKI) nantinya,” ucap Adib kepada Alinea.id, Kamis (28/11).
Meskipun nantinya keluar sebagai pemenang Pilgub DKI, Adib melihat Pramono tak akan "galak" ke pemerintah pusat sebagaimana Anies saat berkuasa dulu. Apalagi, Pramono masih punya relasi yang baik dengan Jokowi dan Prabowo.
“Kecuali kalau Pram perspektifnya belok 180 derajat. Bisa beda cerita. Cuma juga mungkin aja di putaran kedua kalah kalau stuck raihan suaranya (Pramono-Rano) di situ (kisaran 49%). Apalagi, suara independen malah ke RK,” jelasnya.