Hasil quick count sejumlah lembaga survei menunjukkan pasangan Bobby Nasution-Surya (Bobby-Surya) unggul telak di Pilgub Sumatera Utara (Sumut) 2024. Bobby-Surya diperkirakan mengantongi sekitar 65-67% suara, sedangkan pasangan Edy Rahmayadi-Hasan Basri (Edy-Hasan) hanya meraup kisaran 35-37% dukungan publik Sumut.
Data KPU Sumut menunjukkan Bobby-Surya mendominasi hampir di semua daerah. Dari total 33 kabupaten dan kota di Sumut, pasangan itu unggul di 30 daerah, termasuk di antaranya Deli Serdang, Medan, Langkat, dan Simalungun. Edy-Hasan hanya unggul di Mandailing Natal, Tanjung Balai, dan Kota Binjai.
Kemenangan telak Bobby-Surya cukup mengagetkan. Pasalnya, Bobby berhadapan dengan pasangan yang merepresentasikan kalangan petahana. Meskipun hanya diusung dua parpol penghuni DPRD, yakni PDI-P dan Hanura, Edy ialah Gubernur Sumut periode 2018-2023.
Di lain sisi, pencalonan Bobby juga dipenuhi polemik. Pada era Pilpres 2024, Bobby dipecat dari PDI-P. Pada era kampanye Pilgub Sumut, Bobby juga tersandung kasus dugaan gratifikasi penggunaan jet pribadi. Nama Bobby juga disebut dalam kasus dugaan suap eks Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba.
Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul menilai Bobby-Surya bisa menang mudah lantaran didukung koalisi parpol besar yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus. Bobby juga di-endorse oleh Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Prabowo Subianto.
"Tidak hanya mendongkrak popularitas Bobby, tetapi (kemenangan Bobby-Surya) juga mematahkan anggapan bahwa Sumatera Utara adalah basis oposisi," kata Adib kepada Alinea.id di Jakarta, belum lama ini.
Bobby ialah istri dari Kahiyang Ayu alias menantu Jokowi. Saat ini, eks Wali Kota Medan itu juga merupakan kader Gerindra. Jokowi dan Prabowo punya kepentingan politik untuk memenangkan Bobby di Pilgub Sumut.
“Dampak nasionalnya lebih smooth (lancar) kalau Bobby yang menang. Polarisasi juga lebih rendah dibanding pilpres. Hubungan dengan pusat pasti akan lebih harmonis," jelas Adib.
Ketua Pusat Studi Anti Korupsi (SAKSI) Fakultas Hukum (FH) Universitas Mulawarman, Samarinda, Orin Gusta Andini menilai kemenangan Bobby mengindikasikan kian kuatnya dinasti politik di tingkat nasional dan berbagai daerah.
Ia meyakini pasangan Bobby-Surya dan sejumlah kepala daerah lainnya yang di-endorse Prabowo dan KIM bisa menang karena intervensi kekuasaan, termasuk pengerahan sumber daya dan alat-alat negara jelang pemilihan.
“Demokrasi substantif harusnya bukan hanya soal hasil, tapi juga proses yang jujur dan adil. Ketidaknetralan bahkan dipertontonkan oleh pejabat hingga presiden. Dinasti politik ini mengkhawatirkan karena membuka jalan untuk penyalahgunaan kekuasaan,” ujar Orin kepada Alinea.id.
Sebelumnya, Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengkritik proses kompetisi elektoral di sejumlah daerah strategis. Megawati menyebut pasangan calon kepala daerah yang diusung PDI-P kalah karena adanya pengerahan sumber daya dan alat negara jelang pemilihan.
“Hal ini tampak di beberapa wilayah yang saya amati terus menerus seperti Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, hingga Sulawesi Utara dan berbagai provinsi lainnya,” ujar Megawati dalam sebuah video yang tayang di akun Youtube resmi PDI-P.