Pada akhir 2019, sebuah meme Ok Boomer viral di aplikasi media sosial TikTok. Meme ini berawal dari stigma kaum milenial yang kerap disematkan oleh generasi pascaperang itu. Milenial dan adiknya Generasi Z dianggap sebagai orang-orang yang tidak mau tumbuh dewasa karena mereka memimpikan hal yang tidak mungkin terjadi di masa remaja para Baby Boomers.
Sebagian besar generasi tua tidak akan percaya bahwa orang bisa hidup untuk mengejar mimpi, membangun kestabilan finansial di masa muda, dan ingin mewujudkan keadilan gender. Video Ok Boomer di TikTok itu memperlihatkan seorang perempuan muda yang dengan terpaksa harus mengatakan iya pada semua perintah Baby Boomers.
Ok Boomers telah merepresentasikan semua keluhan milenial dan Generasi Z karena orang-orang yang berusia di atas 30 tahun selalu merendahkan mereka. Bahkan generasi muda ini berani menjual meme Ok Boomers dalam bentuk kaus, hoodie, atau topi.
"Generasi yang lebih tua tumbuh dengan pola pikir tertentu, dan kami memiliki perspektif yang berbeda," kata desainer meme Shannon O'Connor seperti dikutip The New York Times.
Tidak cuma O'Connor, ratusan produk Ok Boomer dijual melalui beragam situs belanja online, yang juga mencerminkan kebiasaan berbelanja anak muda.
Nina Kasman, seorang mahasiswa berusia 18 tahun menjual stiker, kaus kaki, kemeja, legging, poster, botol air, buku catatan dan kartu ucapan. Dia mengatakan generasi tua selalu memandang rendah generasi setelahnya. Baby Boomers juga selalu menyamakan keadaan zaman mereka dengan kondisi masa kini.
“Banyak Generasi Z dipengaruhi oleh pilihan boomers, yang mereka buat meskipun sudah tidak relevan dan justru membuat kita frustasi,” ujar dia.
Sentimen anti-Baby Boomers ini tidak datang tiba-tiba. Peneliti komunitas dunia maya Joshua Citarella menemukan, generasi masa kini justru menghadapi krisis yang lebih besar dibanding generasi sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah ketersediaan internet.
Di samping itu, harga kebutuhan pokok melejit di era generasi milenial dan Generasi Z. Dua generasi ini akan menanggung harga rumah dengan sangat mahal. Mereka bahkan diprediksi akan menghabiskan separuh gaji untuk menyewa rumah dan kebutuhan pokok lain. Mimpi generasi masa kini untuk mewujudkan kesetaraan disebabkan oleh meningkatnya ketidaksetaraan, biaya kuliah yang makin tidak terjangkau, polarisasi politik, dan krisis iklim.