Gelombang anak muda Amerika Serikat (AS) keturunan Afrika memilih bekerja dan tinggal di Benua Afrika menyusul meningkatnya rasisme yang sangat kuat di Negeri Paman Sam. Mereka memilih tinggal di Senegal, Ghana, hingga Gambia, dan berbaur dengan komunitas lokal.
Sekitar 5.000 warga Afrika-Amerika tinggal di Accra, ibu kota Ghana. Mereka umumnya menjadi guru dan pengusaha. Meskipun hidup di Ghana tidak mudah, namun mereka mengaku lebih aman dan selamat di sana dibandingkan hidup di AS. Kelompok ini mengklaim justru bahagia tinggal di Afrika dengan segala kebijaksanaannya ketimbang di AS.
Muhammida el-Muhajir, marketing digital dari New York, memilih meninggalkan pekerjaannya dan pindah ke Accra. “Meskipun saya berpendidikan dan berpengalaman, saya merasa menjadi warga kelas dua di AS,” keluh Muhammida di lansir Al Jazeera pada Jumat (19/1).
Muhammida mengungkapkan orang kulit hitam yang tinggal di New York akan tetap dianggap sebagai orang luar. “Mungkin kamu pernah mendengar orang kaya kulit hitam seperti Oprah Winfrey yang tidak boleh membeli toko. Atau Jay-Z yang tidak diizinkan membeli apartemen, itu memang terjadi. Meskipun kamu adalah selebritis, kamu itu warga kelas dua,” ucapnya.
Dengan berhijrah ke Ghana, dia justru menemukan banyak potensi kehidupan yang lebih baik. Tentunya, dia pun tidak lagi mengalami diskriminasi ras. “Mungkin di sini, kamu tidak memiliki listrik. Tapi, kamu tidak akan dibunuh oleh polisi,” jelasnya.
Ketika di New York banyak pesta dan bar, di Afrika, kata Muhammida, banyak festival seni dan musik di jalanan. “Saya melihat cinta di Ghana,” ungkapnya.