close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi (kanan) dan Wapres Gibran Rakabuming Raka (kiri) menghadiri pembekalan Kabinet Merah Putih di Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah, Oktober 2024. /Foto Instagram @dppprojo
icon caption
Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi (kanan) dan Wapres Gibran Rakabuming Raka (kiri) menghadiri pembekalan Kabinet Merah Putih di Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah, Oktober 2024. /Foto Instagram @dppprojo
Politik
Senin, 04 November 2024 12:00

Kans Projo bertransformasi menjadi parpol

Ketimbang bersalin menjadi parpol, Projo disarankan bergabung dengan PSI.
swipe

Kelompok relawan Pro Jokowi atau Projo membuka peluang bertranformasi menjadi partai politik (parpol) atau organisasi masyarakat (ormas). Bendahara Umum Projo Panel Barus mengatakan Projo bisa saja bersalin menjadi parpol jika dikehendaki oleh rakyat. 

"Nanti akan dibahas dalam forum tertinggi organisasi, yaitu kongres... Yang pasti, Projo siap menyambut takdir sejarah," kata Panel seperti dikutip dari Tempo. 

Kongres ketiga Projo dijadwalkan digelar pada Desember 2024. Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) selaku pembina Projo sudah diundang untuk hadir. Projo, kata Panel, bakal meminta masukan kepada Jokowi terkait arah politik kelompok itu ke depan. 

Projo juga akan meminta saran dari Presiden Prabowo-Subianto. "Komitmen kami adalah memastikan pemerintahan Prabowo-Gibran solid dan sukses hingga akhir periode," ujar Panel. 

Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Kholidul Adib menilai Projo "ketinggalan kereta" jika baru berniat bertransformasi menjadi parpol. Pasalnya, Jokowi sudah tak lagi menjabat sebagai presiden dan pengaruhnya melemah sebagai magnet politik untuk merekrut kader dan konstituen. 

Di lain sisi, eksistensi Projo sebagai parpol juga potensial menggerus kekuatan politik Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kini dipimpin putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, PSI diasosiasikan sebagai parpol "binaan" Jokowi. 

"Justru akan lebih bagus jika relawan Jokowi di Projo bergabung dengan PSI ikut membesarkan PSI yang dipimpin Kaesang sehingga kekuatan akan besar," kata Kholidul kepada Alinea.id, Sabtu (2/10).

Di Pileg 2024, PSI meraup 4.260.169 suara atau 2,81% dari total 151.796.631 suara sah. Angka naik signifikan jika dibandingkan Pileg 2019 yang hanya 2.650.361 suara atau sekitar 1,89%. Meski disokong penuh dinasti Jokowi, PSI tetap gagal melompati ambang batas parlemen. 

"Kalau Projo bikin partai sendiri, maka akan membuat basis massa pendukung Jokowi malah terbelah. Ini justru malah membuat dua partai itu bisa gagal lolos PT (parliamentary threshold) 4%," kata Kholidul. 

Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Zaki Mubarak berpendapat tak bakal sulit bagi Projo untuk bertransformasi menjadi parpol. Selain punya jejaring di semua daerah, Projo juga kuat secara finansial. 

"Apalagi jika Projo bisa menarik Jokowi dan Gibran sebagai pimpinan atau simbol partai. Sejauh didukung oleh kekuasaan dan pemodal, proses menjadi parpol akan mulus," kata Zaki kepada Alinea.id, Jumat (2/10).

Persoalannya, lanjut Zaki, Projo tidak memiliki ideologi yang jelas sebagai parpol. Pasalnya, Projo cenderung dibentuk berbasis motif pragmatis alias sekadar ingin menjadi bagian kekuasaan. Partai pragmatis sangat mudah bubar. 

"Problem lainnya tentu terkait PSI. Sangat mungkin Projo nantinya akan menggerus PSI yang saat ini identik dengan dinasti Jokowi karena Kaesang ada di situ. Jadi, jika keduanya jualan Jokowi sebagai magnet politiknya, salah satunya akan tergerus," ucap Zaki. 

Terlepas dari itu, Zaki tidak yakin Jokowi bakal mensponsori Projo bertransformasi menjadi parpol. Dukungan kepada Projo, kata dia, potensial menjauhkan citra Jokowi dari Golkar sebagai parpol yang paling diincar Jokowi sebagai kendaraan politiknya yang baru.  

"Selama ini, Jokowi masih mencari momentum yang pas untuk masuk Golkar, mungkin sebagai ketua dewan pembina atau posisi penting lainnya. Golkar dengan infrastruktur politik yang luas dan elektoral yang kuat lebih menjanjikan daripada memakai kendaraan partai baru," jelas Zaki.

 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Berita Terkait

Bagikan :
×
cari
bagikan