close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Aparat kepolisian berjaga saat melakukan penggeledahan di kediaman terduga teroris di Riau, (06/02/18). Foto Antara/Rony Muharrman.
icon caption
Aparat kepolisian berjaga saat melakukan penggeledahan di kediaman terduga teroris di Riau, (06/02/18). Foto Antara/Rony Muharrman.
Nasional
Senin, 25 Desember 2023 14:09

Masih berbahayanya gerakan senyap kelompok JI

Sejak Januari hingga 16 Desember 2023, Densus 88 Antiteror Polri menangkap 142 tersangka tindak pidana terorisme dari berbagai kelompok.
swipe

Sejak Januari hingga 16 Desember 2023, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap 142 tersangka tindak pidana terorisme dari berbagai kelompok. Menurut juru bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Pol. Aswin Siregar, dikutip dari Antara, dari 142 tersangka yang ditangkap, 16 tersangka berstatus dalam pemeriksaan, 101 dalam proses penyidikan, 23 sudah dilimpahkan ke jaksa penuntut umum atau P-21, dan dua tewas dalam upaya penegakan hukum di Lampung pada April 2023.

Dari 142 tersangka yang ditangkap, sebanyak 29 orang berasal dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) atau Anshor Daulah (AD), 50 orang dari Jamaah Islamiyah (JI), 49 orang dari jaringan Abu Oemar (AO) yang berafiliasi dengan JAD/AD dan ISIS, tujuh dari Jamaah Anshorut Syariah (JAS), lima dari Negara Islam Indonesia (NII), dan dua pendukung ormas FPI. Tersangka didominasi laki-laki sebanyak 138 orang, sisanya perempuan.

Terbaru, dilansir dari Antara, di sela-sela peninjauan pengamanan perayaan Natal di Gereja Katedral, Jakarta, Minggu (24/12), Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyebut, ada 18 orang tersangka tindak pidana terorisme yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polsi selama Desember atau menjelang perayaan Natal 2023.

Aswin, dikutip dari Antara, menyebut, 18 tersangka itu merupakan penangkapan selama Desember 2023 di Jawa Tengah, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Utara. Dari 18 tersangka yang ditangkap, tiga ditangkap di Banten merupakan anggota NII, 12 di Jawa Tengah dari JI, dan sisanya anggota JAD.

Aswin, seperti dikutip dari Antara, mengatakan jumlah tersangka teroris yang ditangkap mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 248 orang tersangka. Namun, hal ini menandakan jaringan teroris masih aktif dan berbahaya. Apalagi, dalam penangkapan anggota JI ditemukan beberapa pucuk senjata api. Jumlah anggota jaringan JI yang ditangkap pun mendominasi.

“Hal ini menunjukkan bahwa rekrutmen mereka, JI ini sangat masih dan kelompok ini terus berkembang,” kata pengamat terorisme Al Chaidar kepada Alinea.id, Sabtu (23/12).

Chaidar percaya, kelompok JI sudah punya amir atau pemimpin baru, usai Para Wijayanto tertangkap pada 2019 di Bekasi, Jawa Barat. “Biasanya, setiap amir yang tertangkap, tidak berapa lama mereka akan memilih dari menetapkan amir yang baru,” ujar Chaidar.

“Menariknya, selain mereka sudah memiliki amir yang baru dan belum kita ketahui siapa nama amir tersebut, tapi yang pasti mereka sudah sekitar empat kali memilih amir yang baru.”

Temuan senjata juga disinyalir, JI telah mengelola pendanaan yang cukup untuk melakukan perekrutan dan gerakan. Model penggalangan dana kelompok JI sejauh ini masih bertumpu pada jemaah mereka yang solid sejak 2007 di Solo dan Lampung. Menurut Chaidar, pendanaan mereka bertambah banyak seiring dengna jumlah anggota yang bertambah sepanjang tahun.

“Setelah dari Lampung, tahun 2014 mereka sudah merencanakan pindah ke Aceh. Dari situ, pendanaan mereka bertambah banyak seiring dengan jumlah jemaah yang mereka rekrut,” kata pengajar di program studi Antropologi, Universitas Malikussaleh, Aceh tersebut.

Chaidar menyebut, JI telah membangun simpul-simpul di kota-kota penggalangan dana sejak 2014. Menurutnya, JI banyak menyebar kotak-kotak amal di beberapa provinsi, yang cukup menghasilkan banyak dana untuk menopang pergerakan mereka.

"Sejak tahun 2021 adalah masa di mana rekrutmen sangat tinggi," kata Chaidar.

Jumlah penangkapan tersangka teroris dari jaringan JI yang lumayan besar sejak 2021, ujar Chaidar, menandakan JI masih patut diwaspadai, seiring dengan eksistensi basis kekuatan mereka yang berpindah dari Solo, Lampung, dan terakhir Aceh.

"Dengan diangkatnya imam baru yang sampai saat ini belum kita ketahui, sejak tahun 2021 itu lah perpindahan Lampung ke Aceh sudah mulai dirintis mereka," ucap Chaidar.

Sementara itu, pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan, mengakui bila kelompok JI memang banyak melakukan perekrutan. Maka, ia tak heran Densus 88 Antiteror Polri menangkapbanyak tersangka teroris dari jaringan JI.

"Di Lampung sendiri, beberapa waktu lalu, kami melakukan pelepasan baiat anggota JI. Ada 195 orang yang insaf sebelum tertangkap,” ucap Ken, Sabtu (23/12). “Walaupun mungkin menurut kacamata hukum, ini sudah memenuhi dua alat bukti.”

Tak hanya di Lampung, Ken berkata, kelompok JI juga bergerak ke Sumatera Selatan dan Jambi. Berdasarkan tren, kelompok JI banyak melakukan perekrutan anggota baru berusia remaja yang sedang ingin belajar agama, sehingga jumlahnya semakin banyak.

Di sisi lain, Ken merasa, penangkapan anggota kelompok JI yang cukup banyak pada 2023 tak terlepas dari pengamanan menjelang Pemilu 2024. “Orang yang bergabung ke JI itu, biasanya sudah ‘dimonitor’ aparat. Ketika dia sudah berpotensi untuk melakukan tindakan aksi atau kadang terkait dengan sidang atau yang lain dan dianggap bahaya,” tutur Ken.

“Jangan sampai, kalau satu lolos, tiba-tiba ledakan terjadi dan mengalihkan semua persoalan yang ada di Indonesia.”

Ken juga membenarkan kelompok JI sedang gencar menggalang dana. Termasuk kelompok NII yang juga tengah gencar melakukan perekrutan.

"Jadi ini tantangan bagi aparat kita untuk melakukan pencegahan di masyarakat, agar paling enggak perekrutan gerakan radikal yang marak itu bisa minimalisir," ucap Ken.

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan