close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi depresi./ Pixabay
icon caption
Ilustrasi depresi./ Pixabay
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 31 Agustus 2018 17:42

Menemani orang tercinta yang tengah depresi

Orang yang dari luar tampak baik-baik saja bahkan cenderung berprestasi, bisa saja tengah mengidap depresi tak kasat mata (HFD).
swipe

Salah satu kriteria umum untuk menilai ada tidaknya gangguan mental pada diri seseorang adalah "kegagalan berfungsi secara wajar". Berfungsi maksudnya, orang tersebut menjalani adaptasi dengan sekitarnya dan berusaha memenuhi tuntutan hidup sehari-hari. Hal ini mencakup perilaku mereka di tempat kerja, sekolah, keluarga, dan lingkungan sosiofisikal secara umum.

Depresi merupakan gangguan mental yang akhir-akhir ini populer dibicarakan. Kriteria keberfungsian di atas juga diterapkan untuk menegakkan diagnosis, terkait ada tidaknya depresi dalam diri seseorang.

Namun, ada juga yang disebut High Functioning Depression (HFD). Ini adalah jenis depresi yang tidak secara kasat mata mudah dideteksi orang lain maupun penderitanya. Tampak luar, mereka akan terlihat baik-baik saja atau bahkan menampilkan prestasi yang luar biasa.

Kemampuan untuk tetap berfungsi normal membuat mereka sendiri tidak merasa ada yang salah. Beberapa orang yang saya kenal dan mengidap gangguan ini menceritakan, butuh waktu untuk menerima kenyataan telah memiliki gangguan ini. Bukan karena tidak ingin dianggap "gila", tapi karena mereka benar-benar tidak menyadari ada masalah mental yang serius.

Awalnya mereka mengira, gejala-gejala depresi yang mereka alami sekadar sifat atau watak yang sudah bawaan dari "sana-nya". Orang lain pun tidak cukup waspada karena tidak bisa melihat "ada yang salah". Namun, seringkali pengamat dari luar sebenarnya mengamati ada yang berbeda dari diri orang yang mengalami HFD ini. Mereka hanya tidak dapat menjelaskan atau tidak melihatnya sebagai gangguan mental.

Orang-orang dengan HFD seringkali lebih sensitif terhadap berbagai sumber stress dibanding kebanyakan orang. Namun, mereka simpan itu ke dirinya sendiri dan tidak ada yang tahu. Padahal, ada banyak perjuangan berat di balik semua kondisi "nampak normal"nya tersebut.

Mereka juga mengalami ayunan suasana hati atau mood swing yang sebenarnya bisa sangat mengganggu fungsi sehari-hari. Beruntungnya, HFD biasanya bisa mengendalikan (meski susah payah) mood swing, agar tidak sampai membuat pekerjaan atau tugas-tugas mereka terusik.

Satu hal yang pada akhirnya bisa menyadarkan mereka tentang adanya gangguan adalah saat mood swing yang dirasakan, tiba-tiba terasa makin cepat dan sering muncul tanpa bisa dikendalikan. Pada kondisi tersebut, mereka akan tetap berjuang melawan suasana hati fluktuatif, sampai akhirnya kondisi kelelahan secara mental tidak bisa dihindarkan. Bagaimana tidak lelah, menghadapi ayunan hati sendiri tentu butuh banyak energi.

Orang HFD bahkan mungkin harus berjuang mendorong diri mereka sekadar untuk mau beranjak dari tempat tidur dan berangkat ke kantor atau sekolah. Kita mungkin tidak tahu hal ini. Mereka boleh jadi sukses datang ke kantor tepat waktu dan dapat bekerja secara normal. Namun, andai kita bisa membaca hati dan pikirannya, ada pergumulan besar yang mereka alami bahkan untuk memacu diri melangkah ke luar kamar.

Ini bukan kemalasan. Latar belakang keengganan bangkit dari tempat tidur tersebut bisa berupa tidak adanya motivasi untuk bertemu dengan siapa pun, salah satu gejala yang sering muncul di penderita depresi. Bisa juga tanpa ada penyebab apapun yang bisa dijelaskan secara awam.

Saat tidak diketahui penyebab langsungnya dari sisi psikologis, biasanya akarnya ada di perubahan kimiawi otak. Umum diketahui, depresi bukan hanya persoalan psikologis tapi juga persoalan medis terkait dengan keseimbangan zat-zat kimia di dalam otak.

Terlepas dari semua kewajaran perilaku yang ditampilkan, orang-orang HFD tetap merasakan beban yang besar untuk berusaha "diterima" oleh lingkungan pergaulannya, meski mereka kadang lebih ingin mengunci diri di kamar. Oleh karena itu, perhatian-perhatian kecil dari orang-orang yang mereka percaya bisa sangat berarti.

Persoalannya, meski nampak baik-baik saja, mereka tidak selalu bisa mengendalikan perilaku-perilaku tertentu yang tidak disukai lingkungan sosial. Misalnya, sensititivas yang tinggi membuat mereka terlihat moody dan tidak menyenangkan untuk orang lain. Ini bisa membuat mereka jadi orang yang tidak punya banyak teman.

Bila ada teman yang bisa tetap bertahan berada di dekat mereka, terlepas dari semua ketidaknyamanan, maka teman tersebut akan dianggap sangat berharga. Ini bisa meringankan gejala depresi yang mereka alami diam-diam.

Bagi mereka yang memiliki HFD, perlakukan-perlakuan kecil dari orang lain yang hangat dan manis bisa sangat membahagiakan. Beri mereka kemudahan-kemudahan sederhana, check on them every once in a while, appreciate them as they deserve it (meskipun sekadar untuk sebuah hasil kerja yang sederhana). Ya, ini terlihat seperti perlakuan yang bisa diterapkan pada siapa saja, HFD maupun bukan.

Artinya, tentu tidak sulit untuk dilakukan. Kemudian, sudah pasti bermanfaat. Keinginan menarik diri yang sering dialami penderita depresi dan HFD, misalnya, dapat sangat berkurang dengan perlakuan-perlakuan yang meyakinkan dari orang lain bahwa they are welcomed and loved.

Dalam banyak kasus, sebenarnya orang HFD tidak menuntut banyak dari orang lain. Mereka sudah berhasil "high functioning", mereka berhasil membantu diri sendiri, dan mereka berjuang keras untuk itu. Namun, sikap-sikap suportif sederhana bisa sangat berharga untuk mereka. Sesekali membuatkan segelas kopi panas di kantor untuk mereka, mengapa tidak?

Hal lain yang bisa membantu adalah tahan diri Anda untuk menasihati mereka atas gejala depresi yang mereka sedang alami. Saat gejalanya sedang intensif, jangan pernah menanyakan kepada mereka, "Apa yang kurang dari hidup kamu? Kenapa kamu tidak bersyukur".

Depresi adalah kondisi internal yang sulit dikendalikan. Mereka yang menderita hal ini mungkin saja memiliki segala yang terbaik menurut standar kita. Selain itu, mereka juga boleh jadi bekerja jauh lebih berkualitas dari orang lain. Bagaimana pun, depresi tidak hilang hanya karena seseorang nampak mampu mengatasinya.

Meskipun demikian, ini bukan akhir dunia. HFD dan jenis depresi lain bisa diatasi dengan bantuan yang tepat. Sampai saat ini, belum ditemukan terapi yang cukup mumpuni untuk membuat penderita depresi pulih sepenuhnya dari gangguan ini. Biasanya, depresi akan dialami seumur hidup. Namun, gejala-gejalanya dapat dikendalikan dengan sangat efektif oleh mereka yang memiliki kualifikasi profesional yang cukup.

Yang jelas, sebagaimana saya selalu menekankan ini di kegiatan-kegiatan psikoedukasi yang saya lakukan, jangan pernah melakukan diagnosis diri. Begitu merasa ada yang terus menerus bermasalah dengan proses mental (emosi dan kognisi serta motivasi) kita, konsultasikan ke tenaga kesehatan yang berwenang. Anda bisa datang ke psikolog, psikiater atau mungkin bila menggunakan BPJS, datang ke faskes tingkat pertama dan konsultasi dengan dokter umum terlebih dahulu.

img
Andry Waseso
Kolomnis
img
Purnama Ayu Rizky
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan