Meski tinggal di daerah perkotaan, tak sedikit orang yang membuat taman kecil di halaman mereka yang sempit. Verywell Mind menulis, membuat taman yang indah bisa menjadi cara yang baik untuk menghilangkan stres. Melalui riset yang diterbitkan di jurnal Nature Mental Health (Maret, 2024), para peneliti dari Huazhong University of Science and Technology, China menemukan, paparan jangka panjang terhadap lingkungan tempat tinggal yang hijau terkait dengan berkurangnya risiko depresi dan gangguan kecemasan.
Dilansir dari PsyPost, Jianing Wang dan rekan-rekannya menggunakan pendekatan longitudinal, yang melibatkan lebih dari 400.000 partisipan dan mengeksplorasi kemungkinan faktor mediasi seperti polusi udara.
Para peneliti memanfaatkan data dari UK Biobank—basis data biomedis dan sumber daya penelitian yang berisi informasi kesehatan dan genetik sebuah kelompok besar yang terdiri lebih dari setengah juta orang dewasa berusia 40-69 tahun di seluruh Inggris. Usia rata-rata peserta adalah 58 tahun, dengan 52,4% perempuan. Sebanyak 90,8% peserta berkulit putih, dengan 86,2% tinggal di daerah perkotaan.
Para peneliti mengecualikan peserta dengan depresi dan gangguan kecemasan yang sudah dialami sebelumnya, mereka yang punya riwayat keluarga dengan depresi berat, dan seseorang yang tidak memiliki data tentang paparan lingkungan hijau. Dari seleksi ini, dihasilkan sampel akhir sebanyak 409.556 peserta.
Data sosiodemografi dan gaya hidup pun dikumpulkan. Termasuk informasi tentang usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, aktivitas fisik, dan lokasi tempat tinggal—di desa atau kota—untuk mengendalikan faktor pengganggu yang potensial.
Paparan kehijauan diukur menggunakan normalized difference vegetation index (NDVI) atau indeks vegetasi perbedaan ternormalisasi, yang dapat menangkap kepadatan vegetasi berdasarkan data citra satelit. Nilai NDVI dihitung untuk penyangga 300 meter, 500 meter, 1.000 meter, dan 1.500 meter di sekitar tempat tinggal setiap peserta, yang memungkinkan analisis jarak variatif dari rumah.
Penelitian ini melacak hasil kesehatan mental peserta selama periode rata-rata 11,9 tahun, mengidentifikasi kasus baru depresi dan gangguan kecemasan lewat catatan perawatan primet, rawat inap di rumah sakit, catatan kematian, dan diagnosis dokter yang dilaporkan sendiri.
Untuk mengeksplorasi kemungkinan jalur yang dapat digunakan untuk memengaruhi kesehatan mental, para peneliti memeriksa variabel kualitas udara, seperti kadar konsentrasi partikulat (PM2,5), nitrogen dioksida (NO2), nitrogen oksida (Nox), sulfur dioksida (SO2), dan ozon (O3), serta faktor gaya hidup dan karakteristik lingkungan.
“Analisis mediasi digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur peran potensial variabel-variabel ini dalam hubungan antara kehijauan dan hasil kesehatan mental,” tulis PsyPost.
Selama periode tindak lanjut, 14.309 kasus depresi dan 16.692 kasus gangguan kecemasan teridentifikasi. Hasilnya, seseorang dengan kuartil tertinggi NDVI dalam zona penyangga 300 meter punya risiko depresi yang berkurang sebesar 16% dan risiko gangguan kecemasan yang berkurang sebesar 14%.
Selanjutnya, para peneliti menemukan, berkurangnya polusi udara memainkan peran penting. Semisal, lebih dari 50% hubungan antara kehijauan dalam jarak 300 meter dan berkurangnya risiko depresi dimediasi oleh kadar partikulat (PM 2,5) yang lebih rendah, yang menunjukkan udara yang lebih bersih di area lebih hijau berkontribusi signifikan terhadap manfaat kesehatan mental.
Dikutip dari News Medical Life Sciences, dalam periode penelitian, sekitar 4,1% dan 3,5% dari total peserta didiagnosis dengan kecemasan dan depresi. Paparan kehijauan tempat tinggal, secara konsisten menunjukkan efek perlindungan terhadap depresi dan gangguan kecemasan.
Nitrogen dioksida (NO2) dan polutan udara lainnya juga berperan sebagai mediator, meski dalam tingkat yang lebih rendah. Di samping kualitas udara, faktor gaya hidup tertentu, termasuk durasi tidur, aktivitas luar ruangan di musim dingin, dan keterlibatan sosial memiliki efek mediasi yang kecil, tetapi signifikan—yang menunjukkan, kehijauan dapat secara tak langsung meningkatkan kesehatan mental dengan mendorong gaya hidup yang lebih sehat.
Selain kualitas udara, faktor gaya hidup tertentu, termasuk durasi tidur, aktivitas luar ruangan di musim dingin, dan keterlibatan sosial, memiliki efek mediasi yang kecil namun signifikan, yang menunjukkan kehijauan dapat secara tidak langsung meningkatkan kesehatan mental dengan mendorong gaya hidup yang lebih sehat.