Diperkirakan hampir satu miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami apnea tidur, dengan sebagian besar kasus tidak terdiagnosis.
Hal ini berdasarkan laporan “Pengawasan Global, Pencegahan, dan Pengendalian Penyakit Pernapasan Kronis: Pendekatan Komprehensif”.
Apnea tidur obstruktif (OSA), bentuk gangguan pernapasan saat tidur yang paling umum, memengaruhi sekitar 30 juta orang dewasa di AS saja, namun sekitar 80% dari kasus ini tidak terdeteksi.
Apnea tidur obstruktif merupakan gangguan tidur paling umum kedua di dunia, yang memengaruhi hampir 1 miliar orang berusia antara 30 dan 69 tahun.
Di antara mereka, 94% individu dengan OSA dilaporkan mendengkur, gejala umum yang sering kali memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Khususnya, 60% kasus sedang hingga berat dapat dikaitkan dengan obesitas, yang menyoroti faktor risiko penting dalam perkembangan kondisi ini.
Orang dewasa yang lebih tua sangat rentan. Sekitar 56% individu berusia 65 tahun ke atas lebih mungkin mengalami OSA dibandingkan dengan populasi yang lebih muda. Yang mengkhawatirkan, hanya sekitar 8% dari kelompok usia ini yang telah diuji untuk gangguan tersebut.
Apnea tidur terjadi dalam tiga bentuk utama. OSA ditandai dengan relaksasi otot-otot tenggorokan yang menghalangi saluran napas bagian atas saat tidur. Apnea tidur sentral (CSA) terjadi ketika otak gagal mengirimkan sinyal yang tepat ke otot-otot yang mengendalikan pernapasan. Apnea tidur kompleks adalah kombinasi OSA dan CSA yang dapat berkembang pada pasien yang menerima terapi continuous positive airway pressure (CPAP) untuk OSA.
Diagnosis apnea tidur ditegakkan jika terdapat lebih dari lima episode apnea per jam yang berlangsung setidaknya 10 detik. Tingkat keparahannya dikategorikan sebagai ringan (5-15 episode), sedang (15-30 episode), atau berat (lebih dari 30 episode). Meskipun apnea tidur lazim terjadi, diperkirakan 85-90% dari mereka yang terkena tidak menyadari kondisi mereka.
Diagnosis apnea tidur biasanya melibatkan penilaian gejala secara menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan studi tidur, yang dapat dilakukan di klinik atau di rumah.
Studi ini melibatkan pemasangan sensor kecil untuk memantau parameter seperti kadar oksigen darah dan detak jantung selama tidur. Pilihan pengobatan bervariasi, dengan terapi CPAP menjadi salah satu metode yang paling dikenal dan efektif.
Perangkat CPAP memberikan tekanan udara terus-menerus untuk menjaga saluran napas tetap terbuka, sehingga meningkatkan kualitas tidur secara signifikan dan mengurangi risiko masalah kesehatan terkait. Penggunaan CPAP secara terus-menerus dapat menurunkan angka kematian secara keseluruhan hingga 27%. Namun, kepatuhan terhadap terapi CPAP berkisar antara 30% hingga 60%, meskipun lebih dari 8 juta unit terjual setiap tahunnya di AS saja.
Selain CPAP, metode perawatan lainnya termasuk alat bantu mulut yang membantu menjaga tenggorokan tetap terbuka, pilihan pembedahan yang dapat sangat efektif — terutama pada individu yang lebih muda dengan indeks massa tubuh yang lebih rendah — dan perubahan perilaku.
Modifikasi gaya hidup, seperti penurunan berat badan dan peningkatan kebersihan tidur, dapat mengurangi gejala secara signifikan.(timeslive)