close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Facebook/Boris Johnson
icon caption
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Facebook/Boris Johnson
Dunia
Jumat, 08 Januari 2021 19:13

PM Johnson kritik Trump terkait protes di Capitol

Di sisi lain, Presiden Iran Hassan Rouhani menyebut Trump sebagai "orang sakit" yang telah mempermalukan AS.
swipe

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyatakan, Presiden Donald Trump sepenuhnya bersalah karena telah meragukan hasil Pilpres Amerika Serikat dan mendorong pendukungnya untuk menyerbu Capitol Hill pada Rabu (6/1).

Lebih lanjut, PM Johnson mengatakan dengan sepenuh hati, dia mengutuk tindakan Trump. Sejauh ini diketahui bahwa secara total, empat orang tewas setelah massa pro-Trump menyerbu Capitol dalam upaya membatalkan hasil pemilu.

Trump telah mendorong pengunjuk rasa untuk berbaris menuju Capitol setelah dia membuat klaim palsu terkait kecurangan dalam Pilpres 2020.

Dia kemudian meminta para pendukungnya untuk bubar dan kembali ke rumah masing-masing, sembari terus membuat klaim palsu. Akibatnya, Twitter dan Facebook sempat memblokir akun Trump.

Tidak lama kemudian, dalam pidatonya Trump menyatakan akan ada transisi yang tertib bagi masa pemerintahan presiden terpilih, Joe Biden, yang kemenangannya telah disahkan oleh anggota parlemen AS.

Namun, dia menambahkan sama sekali tidak setuju dengan hasil pemungutan suara, mengulangi klaim kecurangan pemilu yang tidak berdasar.

Pada Rabu malam, PM Johnson mengutuk peristiwa di Capitol yang dia sebut sebagai pemandangan yang memalukan dan menyerukan pemindahan kekuasaan secara damai dan tertib.

"Dia mendorong orang-orang untuk menyerbu Capitol, dan telah secara konsisten meragukan hasil pemilu yang bebas dan adil, saya yakin itu sepenuhnya salah," ujar Johnson. "Saya yakin apa yang dikatakan Presiden Trump tentang hal itu sepenuhnya salah dan saya mengutuk siapa pun yang mendorong orang untuk berperilaku memalukan seperti yang terjadi di Capitol," papar dia.

Johnson berbicara dalam sebuah pengarahan di Downing Street, kemudian menyambut konfirmasi kemenangan Biden dengan mengatakan bahwa demokrasi telah menang.

*Pemimpin dunia lain angkat bicara

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg yang jarang mengomentari urusan internal negara-negara anggota aliansi, mendesak warga AS untuk menghormati hasil pilpres.

Seruannya digaungkan oleh Presiden Parlemen Eropa David Sassoli, yang menambahkan, "Kami yakin AS akan memastikan bahwa prinsip demokrasi harus dilindungi."

"Presiden Trump dan beberapa anggota kongres memikul tanggung jawab besar terkait perkembangan situasi," tweet Perdana Menteri Swedia Stefan Löfven. "Proses pemilihan demokratis harus dihormati."

Di sisi lain, Presiden Iran Hassan Rouhani menyebut Trump sebagai "orang sakit" yang telah mempermalukan AS.

"Apa yang terjadi di AS menunjukkan betapa rapuhnya demokrasi Barat," katanya. "Terlepas dari semua pencapaian ilmiah dan industri mereka, kami melihat pengaruh populisme yang sangat besar. Ketika seorang yang 'sakit' menjabat, kami melihat bagaimana dia mempermalukan negaranya dan menciptakan masalah bagi dunia," kata dia.

Presiden Rusia Vladimir Putin, yang secara konsisten menolak unilateralisme AS, tidak membuat pernyataan tentang peristiwa penyerbuan Capitol. Namun, beberapa anggota parlemennya tidak menahan diri dari berkomentar

Konstantin Kosachev, ketua komite urusan luar negeri majelis tinggi Rusia, mengatakan penyerbuan itu menandakan tergelincirnya demokrasi Negeri Paman Sam.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, dalam pertemuan pada Kamis (7/1) bahwa kerusuhan di AS membuatnya merasa marah dan sedih.

"Aturan dasar demokrasi adalah setelah pemilu ada yang menang dan kalah, keduanya harus menjalankan perannya dengan elegan dan bertanggung jawab agar demokrasi itu sendiri tetap keluar sebagai pemenang," ujarnya.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggambarkan kekerasan di Capitol sebagai hal yang memalukan dan perlu dikutuk dengan keras.

Para pemimpin dari Pasifik juga menanggapi protes pro-Trump pada Rabu.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengutuk peristiwa kekerasan tersebut. Hal serupa disampaikan oleh Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.

Sementara itu, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte berbicara langsung kepada Trump.

"Laporan-laporan yang sangat mengerikan dari Washington hari ini. Donald Trump yang terhormat, akui Joe Biden sebagai presiden berikutnya hari ini," tutur Rutte.

 

Sumber: BBC dan CNN
 

img
Valerie Dante
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan