Faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG) mulai menjadi pertimbangan investor dalam pengambilan keputusan investasi. Regulator pasar modal Indonesia, Bursa Efek Indonesia (BEI) pun merilis sederet indeks ESG yang dapat menjadi acuan bagi investor saham.
Salah satunya adalah IDX ESG Leaders (IDXESGL). Ini merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham yang memiliki penilaian Environmental, Social, dan Governance (ESG) yang baik dan tidak terlibat pada kontroversi secara signifikan, memiliki likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik. Penilaian ESG dan analisis kontroversi dilakukan oleh Sustainalytics.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) menjadi salah satu saham yang yang tergabung dalam indeks ini, periode 20 September 2023 hingga 19 Maret 2024. Genap 20 tahun diperdagangkan di BEI, yakni pada Jumat (10/11), saham BBRI tercatat naik 61,5 kali lipat. Kenaikan tersebut mempertimbangkan stock split dan right issue.
Bank yang identik dengan warna biru itu melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada 10 November 2003 dan menawarkan 3.811.765 juta saham biasa (common shares) dengan harga Rp875 per saham.
Bagaimana prospeknya?
Sejumlah analis dari berbagai perusahaan sekuritas merekomendasikan buy atau hold saham tersebut. Salah satu alasannya adalah kinerja saham yang diramal akan terus menguntungkan segmen mikro.
"Segmen ini seharusnya dapat membantu mengimbangi beberapa hal tekanan pada NIM (margin bunga bersih) karena suku bunga terus meningkat, disertai dengan kualitas aset yang layak," tutur CFA Goldman Sachs Research Melissa, belum lama ini.
Laporan PT UBS Sekuritas Indonesia menargetkan harga BBRI di angka Rp6.925. Harga ini mengalami kenaikan sebesar 2% hingga 3% dari proyeksi sebelumnya yakni Rp6.700.
"Target harga kami mengasumsikan tingkat bebas risiko sebesar 7,25% (tidak berubah), tanggal batas akhir September 2024 (mulai Maret 2024), RoE berkelanjutan sebesar 20,5% (tidak berubah), dan pertumbuhan berkelanjutan sebesar 9% (tidak berubah). Pada target harga kami, saham akan diperdagangkan pada 3,0x PB 2024," tulis PT UBS Sekuritas Indonesia.
Rekomendasi serupa juga diberikan oleh BNI Sekuritas dalam laporannya dan menargetkan harga BBRI sebesar Rp6.000. Valuasi BBRI disebut menarik akibat adanya tren kenaikan suku bunga.
"Meskipun kami melihat tantangan kualitas aset bagi BRI dan perusahaan keuangan serupa yang berfokus pada pasar massal pada hasil kuartal III-2023, kami memperkirakan kondisi akan membaik pada kuartal mendatang yang didorong oleh dana terkait pemilu (pemilihan umum)," tulisnya dalam laporan.
Sementara itu, PT Verdhana Sekuritas dalam laporannya juga memproyeksikan harga BBRI mencapai Rp6,150 dan merekomendasikan buy. Proyeksi itu didapatkan berdasarkan metodologi DuPont, dengan tingkat bebas risiko sebesar 6,5%, biaya ekuitas sebesar 7,8%, beta 0,8x, dan return on assets (ROA) yang disesuaikan dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 18%.
"Kami berpendapat dalam beberapa bulan mendatang pemerintah dapat meningkatkan belanja, termasuk memberikan dukungan untuk segmen mikro. Salah satu kebijakan tersebut terkait dengan subsidi tunai untuk membantu mengimbangi dampak El Nino," tulis PT Verdhana Sekuritas.
Kemudian, riset Yuanta Sekuritas optimistis terhadap pendapatan BBRI di masa mendatang yang ditopang kredit bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selain kinerja keuangannya yang solid, rekomendasi buy BBRI juga didukung oleh prospek jangka panjang bank dalam pinjaman mikro dan pinjaman ultramikro yang mencakup lebih dari 50 juta nasabah potensial.
"Saham ini masih akan menawarkan keuntungan," tuturnya.
Sekadar mengingatkan, BBRI mencatatkan pertumbuhan aset konsolidasian 9,93% secara tahunan alias year on year (yoy) per September 2023 menjadi Rp1.851,97 triliun. Salah satu bank besar di Tanah Air itu juga mengantongi laba bersih setelah pajak sebesar Rp44,21 triliun, naik 12,47% pada periode yang sama.
“Kontributor utama penopang kinerja positif BRI tersebut di antaranya penyaluran kredit yang tumbuh double digit, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan dana murah yang juga tumbuh double digit, kualitas kredit yang terjaga, serta proporsi fee-based income (pendapatan bank dari biaya dan komisi) yang porsinya terus meningkat terhadap keseluruhan pendapatan BRI," ujar Direktur Utama BRI Sunarso, saat pemaparan kinerja keuangan BRI triwulan III-2023, 25 Oktober 2023 lalu.