close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Indonesia menempati posisi 32 dalam World Competitiveness Ranking 2019 yang dirilis International Institute for Management Development (IMD). / Antara Foto
icon caption
Indonesia menempati posisi 32 dalam World Competitiveness Ranking 2019 yang dirilis International Institute for Management Development (IMD). / Antara Foto
Bisnis
Jumat, 31 Mei 2019 17:09

Peringkat daya saing Indonesia tertinggi di Asia Pasifik

Indonesia menempati posisi 32 dalam World Competitiveness Ranking 2019 yang dirilis International Institute for Management Development (IMD)
swipe

International Institute for Management Development (IMD) menerbitkan laporan tahunan World Competitiveness Ranking 2019. Dalam penilaian tahunan tersebut, Indonesia berhasil menaikkan peringkat daya saingnya menjadi posisi ke-32 dari sebelumnya posisi ke-43 pada 2018. 

Dengan posisi tersebut, Indonesia berada di peringkat paling tinggi untuk kawasan Asia Pasifik. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut hal ini merupakan capaian yang sangat baik.

"Sinergi antara pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan, terutama dunia usaha menjadi kunci untuk meningkatkan kinerja investasi dan daya saing yang lebih baik lagi," ujar Darmin di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (31/5).

Selain Indonesia, delapan dari 14 negara di kawasan Asia Pasifik juga mengalami kenaikan peringkat daya saing. Sedangkan tiga negara lainnya mengalami penurunan, dan selebihnya berada di peringkat yang sama dengan tahun sebelumnya. 

Adapun delapan negara yang mengalami peningkatan daya saing global tersebut ialah Singapura menjadi peringkat pertama menggeser Amerika Serikat, disusul Thailand yang peningkatan poinnya tertinggi kedua setelah Indonesia menjadi 20, Filipina naik empat poin menjadi peringkat 46, Australia menjadi peringkat 21, India, Taiwan, dan New Zealand.

Sedangkan tiga negara yang mengalami penurunan yakni Korea Selatan dari 27 menjadi 28, China dari 13 menjadi 14, dan yang terdalam Jepang dari 25 menjadi posisi 30.Terakhir, stagnansi dialami oleh Malaysia, Mongolia, dan Hong Kong.

Lebih lanjut, Darmin menjelaskan bahwa peningkatan yang dialami Indonesia terjadi berkat efisiensi di sektor pemerintahan, pembangunan infrastruktur, serta perbaikan iklim bisnis Indonesia.

"Sebagaimana kita tahu, IMD ini menilai daya saing masing-masing negara berdasarkan empat kriteria utama yaitu kinerja ekonomi, efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, dan infrastruktur," tuturnya.

Dari data IMD, keempat kriteria tersebut memang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Untuk kinerja ekonomi, Indonesia berhasil meningkatkan levelnya dari posisi 27 menjadi 25. 

Demikian juga dengan efisiensi pemerintahan tercatat membaik signifikan dari peringkat 36 menjadi 25, bahkan efisiensi bisnis melonjak lebih jauh lagi dari 35 menjadi 20. Terakhir, infrastruktur dari posisi 59 menjadi 53.

Pertumbuhan ekonomi yang sehat

Sementara, peringkat daya saing Indonesia juga berada di atas negara-negara peers seperti India, Filipina, Turki, Afrika Selatan dan Brazil.

Hal ini dilihat dari lanskap daya saing berdasarkan penilaian IMD. Saat ini, Indonesia memiliki keunggulan dalam hal ekonomi domestik pada peringkat 7, kebijakan perpajakan pada peringkat 4, pasar tenaga kerja pada peringkat 3, serta tingkah laku dan nilai pada peringkat 14.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Nufransa Wira Sakti mengatakan beberapa kriteria  menunjukkan perbaikan signifikan sehingga berkontribusi pada kenaikan peringkat antara lain aplikasi paten, korupsi, biaya listrik industri, keadilan, serta hukum. 

“Hal tersebut menunjukkan Indonesia mengalami kemajuan yang baik pada berbagai aspek seperti ekonomi, pendidikan dan pengetahuan, serta hukum," ujar Nufransa.

Berdasarkan Executive Opinion Survey, yang menjadi salah satu bagian penilaian daya saing IMD, faktor yang dianggap paling menarik dari perekonomian Indonesia adalah ekonomi yang dinamis, perilaku terbuka dan positif masyarakat, serta kebijakan yang stabil dan terprediksi. 

Nufransa mengatakan fundamental ekonomi Indonesia yang terjaga menjadi modal penting bagi peningkatan daya saing. 

Ekonomi Indonesia mampu mencatatkan pertumbuhan sehat di atas 5%, dengan tingkat inflasi yang rendah dan mendukung daya beli masyarakat serta konsumsi. Kualitas pertumbuhan juga terjaga yang ditandai penurunan tingkat pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan. 

"Sebagai bagian dari instrumen utama pemerintah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terus diarahkan meningkatkan produktivitas dan daya saing seperti melalui pemberian insentif fiskal yang terukur, alokasi belanja yang berkualitas, serta pembiayaan anggaran yang prudent," tuturnya.

Tantangan ke depan

Menko Darmin mengatakan, tantangan yang akan dihadapi pemerintah ke depan yakni mepertahankan peringkat daya saing tersebut. Selain harus menjaga kepercayaan pelaku usaha dan publik, pemerintah juga perlu mengantisipasi perubahan yang cepat terjadi.

“Juga perlu perbaikan di beberapa indikator yang skornya menurun signifikan, yang berbasis statistik," ucapnya.

Adapun indikator yang menjadi fokus pembenahan ke depan yakni faktor infrastruktur, efisiensi bisnis, dan kinerja ekonomi.

Sementara, Nufransa Wira Sakti mengatakan Indonesia masih harus terus melakukan perbaikan pada aspek perdagangan internasional pada peringkat 59, kesehatan dan lingkungan pada peringkat 58, pendidikan pada peringkat 52, dan infrastruktur teknologi pada peringkat 49.

Ke depan, kata Nufransa, pemerintah akan terus melanjutkan komitmen reformasi struktural untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing. 

"Infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, industrialisasi dan kerangka institusi menjadi beberapa aspek menjadi prioritas pembangunan oleh Pemerintah," katanya.

IMD World Competitiveness Yearbook (WCY) adalah laporan tahunan komprehensi dan menjadi salah satu referensi dalam mengukur daya saing, yang disusun oleh sekolah bisnis independen ternama di Swiss. 

Laporan IMD sejak awal terbit pada 1989 senantiasa mencakup 63 negara yang dipilihnya berdasarkan ketersediaan data statistik dan kolaborasi dengan lembaga mitra lokal. Penilaian laporan ini berdasarkan 332 indikator daya saing terdiri dari 143 hard data atau data statistik, 92 survey data dari Executive Opinion Survey, dan 97 background information berupa indikator tambahan yang hanya digunakan sebagai informasi latar belakang saja.

img
Soraya Novika
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan