Protokol ekspor komoditas sarang burung walet (SBW) Indonesia ke pasar China semakin ketat. Padahal, mengalami peningkatan volume perdagangan.
Berdasarkan data Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian (Barantan Kementan), ekspor sarang burung walet ke China mencapai 227.754 kilogram (kg) atau 17% dari total ekspor sebesar 1.324.560 kg pada 2021. Jumlahnya meningkat jadi 288.154 kg atau 19% dari total 1.502.289 kg pada 2022.
"Protokol ekspor SBW ke Tiongkok ini sudah disepakati sejak 2012, tapi ternyata makin ke sini makin ketat dan makin sulit untuk dipenuhi bagi pelaku usaha skala kecil. Lewat protokol tersebut, Tiongkok mau mulai dari karpet yang digunakan harus higienis sekali, alat pemanas yang benar-benar bisa menghilangkan virus, dan ini semua kan sulit dipenuhi oleh pelaku usaha kecil," tutur Kepala Barantan Kementan, Bambang saat ditemui di kantornya, Jakarta, pada Rabu (22/2).
Oleh karena itu, Barantan mendorong pelaku usaha sarang burung walet skala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mengikuti bimbingan agar berhasil menembus pasar ekspor. Berdasarkan data Barantan, sudah 33 pelaku usaha yang mampu menembus pasar ekspor ke China.
"Kita tugaskan pada UPT Karantina Pertanian untuk membimbing segala kekurangan, dari pengajuan kredit sampai selesai audit, agar tidak ditolak ekspor dan berhasil diusulkan ke General Administration of Customs China (GACC)," ucap Bambang.
Di sisi lain, Bambang berharap pelaku usaha melirik pasar domestik menyusul kian ketatnya pasar ekspor sarang burung walet ke China. Sebab, komoditas ini memiliki banyak manfaat di sisi kesehatan.
Tujuan pasar ekspor sarang burung walet rentang Januari-Oktober 2022 adalah Hong Kong sebanyak 596.994 kg, disusul China 223.285 kg, Vietnam 193.038 kg, Malaysia 39.593 kg, Singapura 36.741 kg, Amerika Serikat (AS) 24.168 kg, dan Taiwan 7.430 kg.