Batu sandungan Warteg masuk ke IKN
Warung Tegal atau kerap disingkat warteg menjadi salah satu jaringan kuliner yang meluas di nusantara. Layanan gastronomi ini menawarkan menu masakan rumahan dengan jumlah yang banyak dan harga yang terjangkau. Diperkirakan, ada setidaknya 40 ribu jumlah usaha warteg di tanah air.
Namun belakangan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyinggung warteg tidak boleh ada di sekitar proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Begitu juga dengan bedeng-bedeng yang biasanya menjadi tempat beristirahat para pekerja proyek. Memang, warteg dan bedeng kerap hadir di tengah lokasi proyek-proyek pembangunan konstruksi di Indonesia.
Hal ini, kata dia, demi menghindari kesan kumuh di lokasi pengerjaan proyek IKN. Sebagai gantinya, pemerintah akan menyediakan dapur umum maupun rusun untuk para pekerja konstruksi. Pemerintah sendiri sudah menyiapkan 22 tower khusus untuk para pekerja.
“Semua masuk ke rusun, hunian pekerja, jadi semua tertib. Sehingga nanti tidak ada bedeng-bedang, enggak ada lagi misalnya kekumuhan warteg-warteg insyaallah. Bukan kita enggak boleh, bukan kita melarang, tidak memperhatikan, tapi semua untuk higienis masuk ke dalam hunian dengan dapur-dapur umum yang lebih baik," tegasnya, Jumat (22/12/2023) lalu.
Pembangunan IKN sendiri sudah mulai dilakukan utamanya untuk infrastruktur dasar seperti istana presiden, kantor menteri, perkantoran, jalan, jembatan, dan instalasi air. Selain itu, pada 20 Desember 2023 lalu, Presiden Joko Widodo juga sudah melakukan groundbreaking Nusantara superblock. Rencananya superblock ini akan terdiri dari hotel bintang 5, hotel bintang 4, apartemen, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, tempat hiburan, dan sekolah internasional.
Basuki menambahkan pada bulan Februari sampai Maret 2024 akan ada sebanyak 16 ribu pekerja di proyek ibu kota baru yang terletak di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur itu.
Menanggapi larangan warteg masuk IKN, Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan keberadaan warteg di tanah air sangat banyak jumlahnya. Bisnis warteg sendiri akan selalu merambah kemana pun untuk memberikan sajian rumahan dengan harga terjangkau.
“Kowantara punya data 10 ribu (jumlah warteg), tapi ada sekitar lebih dari 40 ribu dari data kependudukan dari asal daerah yaitu Kabupaten Brebes, Tegal dan Kota Tegal yang urban ke Jadebotabek dan berprofesi usaha kuliner terutama warteg,” katanya kepada Alinea.id, Selasa (26/12).
Menurutnya, sebagai usaha kuliner yang berasal Kabupaten Tegal atau di pusat Kota Slawi, pengusaha warteg ingin selalu mengembangkan usaha kuliner ini di mana pun. “Kami akan mengembangkan kuliner di mana pun selagi menu kami diterima, dengan konsep menu rumahan yang sehat dan harga terjangkau,” ujarnya.
Termasuk pula untuk merambah ibu kota baru jika nanti sudah terbangun dengan sempurna. Meskipun saat ini, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono melarang keberadaan warteg di tengah proyek IKN. Terkait hal ini, Mukroni mengatakan pihaknya akan memberikan beberapa usulan. Pertama, membuka dialog terbuka dengan pejabat tersebut untuk memahami alasan di balik pandangannya dan menyampaikan perspektif mengenai pentingnya warteg dalam ekonomi lokal.
“Dalam konteks membuka dialog terbuka dengan pejabat, ini berarti memulai percakapan atau pertemuan dengan tujuan untuk saling memahami, membuka pintu komunikasi yang transparan, dan mengatasi perbedaan pandangan,” ujarnya.
Peran penting warteg
Kedua, dengan pendekatan edukatif yakni menyediakan informasi dan data yang mendukung peran positif warteg dalam memberikan lapangan pekerjaan, mendukung perekonomian lokal, dan memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari. Ketiga, warteg melakukan kampanye kesadaran masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang kontribusi positif warteg dan usaha kecil lainnya.
Mukroni menegaskan warteg dan usaha kecil mendukung pemberdayaan ekonomi lokal dengan menciptakan peluang pekerjaan bagi penduduk setempat. “Mereka sering kali menjadi sumber penghidupan bagi pemilik usaha dan karyawan lokal,” bebernya.
Belum lagi warteg menyajikan hidangan-hidangan tradisional yang mencerminkan keanekaragaman kuliner Indonesia. “Ini dapat membantu mempertahankan kearifan lokal dan warisan kuliner,” sambungnya.
Selain itu, menu makanan rumahan warteg juga memiliki harga yang terjangkau sehingga dapat diakses oleh berbagai lapisan masyarakat. Hal ini mendukung inklusivitas dan keberlanjutan akses pangan karena warteg lokal biasanya mendapatkan bahan baku dari pemasok lokal dan petani setempat.
Pihaknya juga menyarankan ada lobi dan advokasi untuk perubahan kebijakan yang mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan warteg sebagai bisnis kecil. Utamanya kepada pemerintah selaku pembuat kebijakan atau pihak berwenang agar mereka membuat keputusan atau perubahan kebijakan yang mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan warteg sebagai bisnis kecil.
Dia menambahkan warteg akan berkolaborasi dengan komunitas lokal dan organisasi kemasyarakatan, untuk memperkuat dukungan bersama. “Kami juga melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kebijakan yang dapat berdampak pada warteg dan mengidentifikasi apakah ada diskriminasi atau ketidaksetaraan,” tambah Mukroni.
Kemudian, pihaknya ingin menggelar pertemuan publik atau forum diskusi untuk mendengarkan masukan dan pendapat masyarakat mengenai sikap pejabat terhadap warteg. Serta menggunakan media sosial dan kampanye online untuk membangun dukungan masyarakat dan menyoroti kontribusi warteg. Hal ini bisa dilakukan seraya menyediakan pelatihan dan dukungan untuk pemilik warteg dalam mengembangkan keahlian mereka, meningkatkan kualitas makanan, dan menyesuaikan dengan perubahan permintaan pasar.
“Terakhir, mendorong inovasi di dalam warteg, seperti menu yang lebih bervariasi, layanan pelanggan yang lebih baik, atau strategi pemasaran yang lebih efektif, untuk meningkatkan daya saing dan ketahanan bisnis,” tambahnya.
Sebelumnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bahkan mengupayakan warteg masuk pasar global atau go international melalui Program Spice Up The World (SUTW). Program tersebut bertujuan memperkenalkan bumbu masak Indonesia untuk menembus pasar dunia.
"Warteg ini akan kami ikut sertakan pada kegiatan ke luar negeri. Harapannya pada kunjungan berikutnya, warteg ini bisa dibuka di New York, Jerman, dan banyak juga permintaan di Timur Tengah ini yang akan kita fasilitasi," kata Menparekraf, Sandiaga Uno, dalam keterangannya, Minggu (11/6) lalu.