close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden Jokowi dan Presiden ke-5 Megawati berbincang bersama wartawan, Senin (21/11/2016). (Foto: Humas/Jay/setkab
icon caption
Presiden Jokowi dan Presiden ke-5 Megawati berbincang bersama wartawan, Senin (21/11/2016). (Foto: Humas/Jay/setkab
Politik
Rabu, 22 November 2023 22:43

Membaca sikap Megawati soal dukungannya kepada Jokowi

Kebijakan yang diambil itu, merupakan pilihan dari PDIP, khususnya Megawati.
swipe

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah memerintahkan kepada kadernya untuk tetap mendukung penuh Presiden Jokowi hingga akhir masa jabatan. 

Pernyataan yang disampaikan Ketua DPP PDIP Bambang 'Pacul" Wuryanto itu, sepertinya mengakhiri ketegangan yang beberapa minggu terakhir ini terjadi antara Presiden Jokowi dan PDIP. Khususnya setelah putra sulung Jokowi, yakni Gibran Rakabuming Raka, maju mendampingi Prabowo Subianto. Padahal, PDIP sudah mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD pada Pilpres 2024.

Sejumlah spekulasi pun muncul. Khususnya yang menelatarbelakangi PDIP menghentikan sikap 'permusuhannnya' kepada Jokowi. Mulai adanya kekhawatiran PDIP kalau sikap permusuhannya kepada Jokowi bakal kontraprouktif terhadap elektabilitas PDIP dan Ganjar-Mahfud MD. Hingga meyakini kalau sikap yang diambil Megawati menandakan sikap kenegarawanan dari Presiden RI ke-5 itu.

Pengamat politik dari Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin mengatakan, kebijakan yang diambil itu, merupakan pilihan dari PDIP, khususnya Megawati untuk menjaga stabilitas politik di tanah air. Ini karena PDIP harus konsisten mendukung pemerintahan Jokowi hingga 20 Oktober 2024. 

"Jadi, apa yang disampaikan Megawati sebenarnya merupakan bentuk konsistensi mendukung pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin. Di mana PDIP juga ada di dalamnya. Maka, itu menjadi pilihan rasional untuk menjaga konsistensi itu. Walaupun di saat yang sama sudah berbeda haluan. Sudah berbeda dukungan. Sudah berbeda pilihan," ucap dia dihubungi Alinea.id, Rabu (22/11).

Hal itu sekaligus menunjukkan konsistennya Megawati menjaga prinsip. Walaupun ada indikasi kalau Jokowi tidak mendukung calon yang diusung PDIP, yakni Ganjar-Mahfud. Tetapi Megawati khususnya dan PDIP pada umumnya, tetap berkomitmen menjaga pemerintahan Jokowi hingga akhir. 

Sikap seperti itu harus diapresiasi. Karena melihat kepentingan yang lebih besar. Menjaga pemerintahan dan mencegah terjadinya distabilitas politik, ekonomi, pertahanan dan ketahanan bangsa.

"Saya sih melihatnya sesuatu yang bagus dan positif. Ini bagian daripada jiwa besar Megawati. Kebijaksanaan Megawati dalam melihat dan menilai dinamika politik pada saat ini untuk menjaga pemerintahan tetap berjalan stabil," kata dia.

Soal kaitannya dengan turunnya elektabilitas Ganjar, dia mengaku, hal itu tidak ada kaitannya. Sebab elektabilitas merupakan hasil kerja keras antara Ganjar-Mahfud dan PDIP. Hal itu tidak boleh bergantung kepada pihak lain, termasuk Jokowi.

Senior Researcher Ipsos Arif Nurul Imam malah mengaku tidak heran, dengan adanya instruksi Megawati tersebut. Pasalnya, Jokowi lahir dan besar karena adanya dukungan dari PDIP. Jokowi pun merupakan kader PDIP yang menjadi presiden.    

Sehingga ketika ada sedikit ketidakpuasan atau letupan dari sejumlah kader PDIP soal dukungan Presiden Jokowi, hal itu tidak bisa mewakili sikap partai secara keseluruhan. Dan sekali lagi, Megawati menunjukkan sikap kenegarawanan dalam menghadapi situasi seperti sekarang.

"Megawati memperlihatkan kembali sikap negarawanannya dengan membuat keputusan dengan tetap mendukung Jokowi hingga akhir periode," ucap dia.

Namun, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah Putra menduga yang sekarang terjadi adalah PDIP sedang berupaya melawan hegemoni Gerindra atas pengaruh Jokowi. Dan instruksi Megawati bisa saja sebagai respons rendahnya elektabilitas Ganjar karena imbas konflik dengan Jokowi.

Dan Megawati ada benarnya, bertarung dengan Jokowi tidak bisa dengan peperangan terbuka, harus berlahan dan penuh kehati-hatian. Megawati menyadari itu, bahwa Jokowi andal dalam memerankan politik tertindas. Targetnya tentu mempertahankan pemilih yang loyal pada Jokowi, karena bukan tidak mungkin loyalis Jokowi masih cukup banyak di tubuh PDIP.

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan