Sultan, king, dan juragan (3)
To the moon. Frasa ini impian utama pemilik uang kripto. Mereka bukan ingin jalan-jalan ke bulan mengikuti jejak astronot Neil Armstrong, melainkan berharap nilai koin melenting jauh di atas pasaran. ‘Ke bulan’ adalah simbol menambang kekayaan.
Komunitas crazy rich asli sudah lama berada ‘di bulan’. Kehidupan pribadi mereka tersembunyi dari pandangan mata warga bumi. Kalau pun ada yang sempat terlihat, penampilan mereka tak terbilang dahsyat. Dari usia sangat sepuh seperti Warren Buffett, memasuki sepuh seperti Bill Gates, atau yang masih jauh dari sepuh seperti Mark Zuckerberg muda awet. Cek juga nama Lo Kheng Hong. Siapa yang tahu identitas ‘Warren Buffett Indonesia’ ini kecuali mereka yang biasa melantai di bursa dari Jakarta sampai Hong Kong?
Mereka berbeda dengan crazy rich yang blingsatan ingin dipanggil ‘Sultan, King dan Juragan’, penjunjung ideologi ‘Flexing Harga Mati’. Jangankan sudah sampai selamat di ‘bulan’, bentuk satelit bumi itu pun bisa mereka edit sesuai prinsip ‘fake it ‘til you make it’. Untungnya, rahasia mereka terbongkar hanya urusan pencitraan. Semakin luas dugaan di benak publik bahwa mereka tak lain pion-pion pencucian uang (money laundering) beragam industri haram milik masterminds yang beroperasi di tanah air atau dari negara-negara seberang samudera yang buram-temaram.
Perkara ‘jalan ke bulan’ ini bukan baru dilakukan pejudi opsi biner sinting yang membungkus diri dengan sebutan online trading. Mereka mengikuti rute yang dibuka para penipu superlegendaris seperti Ruja Ignatova dan Bernie Madoff. Keduanya pun hanya menduplikasi cara yang diperkenalkan Charles Ponzi (1882-1949), nama keluarga terhormat Italia yang kemudian terjerumus selamanya menjadi nama terkutuk Skema Ponzi yang sangat buruk.
Pada masa kejayaannya Ponzi menerima rata-rata US$250.000 setiap hari dari para investor yang percaya kelihaiannya bermain kata dan menabur mimpi di kepala. Padahal Ponzi tak pernah menginvestasikan dana mereka pada bisnis yang dia janjikan.
Investor menerima dana hanya dari uang sendiri atau anggota yang bergabung kemudian. Skema Ponzi berjalan satu tahun lebih, membuat mantan tukang pos sebelum menjadi mahasiswa ini mampu meraup keuntungan sebesar US$20 juta (atau US$258 juta, atau Rp3,6 triliun, di tahun 2022) dari para investor yang dikadalinya di AS dan Kanada. Ketika penipuannya terbongkar dan bisnis abal-abalnya runtuh, dia pindah ke Sao Paulo, Brasil. Kesehatannya anjlok. Perlahan-lahan tangan dan kaki kirinya lumpuh, pandangan mengabur dan nyaris buta. Ponzi wafat dua bulan sebelum berusia 67 tahun dalam keadaan bangkrut.
Kisah Ruja Ignatova, 41 tahun, tak kalah seru. Dari penampilannya, perempuan Bulgaria yang beremigrasi ke Jerman sejak umur 10 tahun ini bisa jadi model atau aktris. Apalagi otaknya juga moncer. Dia punya gelar Ph.D bidang hukum Eropa dari Universitas Konstanz, Jerman. Tetapi dia tak tertarik bekerja di bidang hukum malah menciptakan uang kripto OneCoin pada 2014 dengan bisnis berbasis Skema Ponzi. Perusahaannya tidak terdaftar di Bulgaria atau Jerman, melainkan di Dubai dan Belize, Karibia. Saat itu Ruja berusia 34 tahun.
Hanya dalam tiga tahun, Ruja mendapatkan US$4 miliar dari para ‘investor’ yang kesemsem kelihaian presentasinya. Bahkan di China yang sulit ditembus, dia mampu memukau 98 orang pemodal yang menyetor total dana US$267,5 juta (Rp3,745 triliun, atau lebih besar dari pendapatan Charles Ponzi). Maka julukan Ratu Kripto (Crypto Queen) pun disandangnya. Namun begitu jejak busuknya tercium otoritas, Ruja menghilang. Betul-betul seperti lenyap ditelan bumi sampai sekarang kecuali jejak keberadaannya melalui sebuah apartemen supermewah senilai Rp260-an miliar di London.
Jika kisah Nyonya Ignatova sudah menegangkan, Anda bersiaplah menghela napas lebih panjang karena ternyata masih ada lagi yang absurd. Pelakunya tak tanggung-tanggung Bernie Madoff, mantan Chairman NASDAQ, bursa saham prestisius yang beroperasi di New York dan salah satu paling bergengsi sedunia. Bernie yang wafat April tahun lalu dalam usia 83 tahun di penjara federal Butner, Carolina Utara, terbongkar melakukan penipuan bisnis skema ponzi dengan nilai fantastis US$64,8 miliar (Rp907,2 triliun) atau 16-17 kali lebih besar dari penipuan yang dilakukan Ruja Ignatova.
Jika kasus-kasus besar di atas mengerucut pada tiga nama, penyebabnya adalah karena model bisnis Skema Ponzi memang bertumpu pada kecerdasan dan karisma seorang individu. Ini yang membedakan dengan bisnis Skema Piramid. Model ini mengandalkan keterlibatan personel yang lebih banyak, yakni para downline yang akan bekerja sama dengan para upline. Cara kerja bisnisnya mirip Skema Ponzi karena profit yang diperoleh para anggota sebetulnya adalah dari bergabungnya para anggota baru.
Terkadang bisnis Skema Piramid memiliki produk riil. Namun produk yang sering biasa-biasa saja itu-meski sering dipromosikan lebih baik dari produk serupa yang ada di pasar-juga dibandrol dengan harga premium dan hanya ditransaksikan di antara anggota dengan sistem piramid pula.
Bagi mereka yang berpikir kritis, bisnis Skema Piramid sudah tak masuk akal sejak awal. Anggaplah bisnis ini dimulai oleh 6 orang di level 1 dan masing-masing harus merekrut 6 orang juga. Maka pada level 2 sudah ada 36 orang. Dari algoritma itu maka pada level 3 sudah ada 216 orang. Berapa jumlah anggota pada level ke-13? Persis 13 miliar orang! Atau lebih tepatnya 13.060.694.016, jumlah yang musykil dicapai karena penduduk bumi pada tahun baru 2022 saja baru sejumlah 7,8 miliar jiwa. Itupun masih harus dikurangi anak-anak dan orang tua jompo yang sudah tidak bisa bekerja.
Bisnis-bisnis Skema Piramid juga mempunyai kasus-kasusnya sendiri. Biasanya tidak sedahsyat kasus Skema Ponzi karena para downline umumnya tidak rewel. Mereka ‘ikhlas’ kehilangan dana investasi sebesar harga starter kit atau produk awal lain. Jumlah itu kadang tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan jika harus melaporkan bolak-balik ke kantor polisi. Maka, banyak kasus-kasus Skema Piramid kalah pamor dengan Skema Ponzi. Kesamaannya: keduanya sama-sama scam (penipuan) bukan scheme (skema) bisnis yang sehat.
Bagaimana mengetahui dengan cepat sebuah bisnis menggunakan Skema Piramid? Praktisi keuangan Angga Andinata yang juga influencer dan YouTuber terdepan untuk tema ini menjelaskan ada beberapa ciri seperti (1) Leader berbaju motivator, karena fungsi leader hanya memotivasi anggota untuk mencari downline baru sebanyak-banyaknya; (2) Flexing hasil bisnis dengan cara beda-beda tipis seperti yang dilakukan ‘crazy rich’. Selalu pamer, pamer, dan pamer; (3) Iming-iming mimpi ROI ( Return On Investment); (4) Bisnis sangat mudah dijalankan karena cuma ‘ajak-ajak’ calon member baru; (5) Keuntungan uang didapat dari member baru, bukan dari jualan produk yang hanya gimmick; (6) Prestasi member diukur dari berapa banyak jumlah downline yang berhasil diajak, berapa banyak jumlah ‘kaki’ yang bisa dibangun; dan (7) Kadang-kadang menggunakan endorser orang terkenal dari artis atau politisi.
Jika member kurang perform, biasanya para leader mengatakan bahwa mereka “kurang motivasi”, “kurang punya dream”, “kurang kerja keras dan kerja cerdas”, serta kurang-kurang lainnya. Kesalahan selalu pada downline sementara para upline, para leader dan masterminds terus saja berpesta pora dan flexing sana-sini. Tak ada bedanya dengan gaya para ‘sultan, king, dan juragan’, hanya dalam skala lebih kecil. Angga Andinata menyebut cara bisnis seperti ini sebagai “menjual jiwa kepada iblis”. (Lihat “Ponzi & Skema Piramida: Bongkar Skema Iblis Pemuja Uang”, Angga Andinata, 13 Maret 2022).
To the moon. Ternyata frasa ini bukan hanya impian para pemilik mata uang kripto, melainkan juga sudah menjadi tulang punggung cara kerja Skema Ponzi dan Skema Piramida. Sayang sekali jika generasi muda yang berusia 18-25 tahun, sudah direcoki cara bisnis “menjual jiwa kepada iblis”, tanpa memberikan kesempatan kepada mereka untuk banting tulang sesuai latar belakang pendidikan (yang lama ditempuh) atau filosofi pekerjaan yang harus dititi dan ditata dengan disiplin keras seperti para crazy rich asli yang umumnya baru menikmati hidup di usia 40-50-an ke atas.
Perjalanan ke “bulan” memang bisa melenakan. Tetapi bisa juga menghancurkan para pemimpi jalan singkat kesuksesan yang dicekoki dengan kata-kata toksik seperti passive income dan financial freedom yang rentan terjerumus jadi scam.
Selamatkan generasi muda Indonesia dari cara berpikir hedon dan jalan singkat materialisme yang membuat potensi mereka sesungguhnya dibutuhkan dikerdilkan hanya menjadi para pengejar cuan. Mereka terlihat mentereng dalam penampilan, tetapi meminjam ucapan Rhenald Kasali, sebenarnya mereka tak lebih dari ‘useless generation’