close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Sunanto
icon caption
Sunanto
Kolom
Rabu, 05 Agustus 2020 22:59

Pertumbuhan ekonomi indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi

Secara teori, pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi tidak akan menjadi pertumbuhan yang berkelanjutan.
swipe

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka  panjang menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu dan dapat dikaitkan juga sebagai keadaan kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.

Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Dalam analisis makro pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh satu negara diukur dari perimbangan pendapatan nasional rill yang dicapai satu negara (Ernita dkk, 2013). 

Pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan yang masih relatif rendah tersebut ditopang oleh konsumsi masyarakat (Mudrajad Kuncoro: 2004). Secara teori, pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi tidak akan menjadi pertumbuhan yang berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah pertumbuhan yang ditopang oleh investasi. Pertumbuhan yang ditopang oleh investasi dianggap akan dapat meningkatkan produktivitas sehingga membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Ernita dkk, 2013). 

Krisis ekonomi global yang diakibatkan pandemik Covid-19, memperlihatkan bahwa keseimbangan dalam perekonomian suatu negara tidak bisa dengan hanya mengandalkan sektor swasta. Kontribusi sektor pemerintah juga sangat dihandalkan. Terutama faktor pengeluaran pemerintah, investasi pemerintah yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan net ekspor yang dapat meningkatkan pendapatan nasional (Ernita dkk, 2013).

Dari sisi konsumsi, pola konsumsi masyarakat akibat penyebaran Covid-19 secara otomatis akan berubah. Masyarakat akan cenderung untuk tidak melakukan kegiatan perjalanan atau pariwisata dan lebih cenderung meningkatkan konsumsi pada barang-barang kebutuhan pokok yang dianggap penting sebagai antisipasi terjadinya pembatasan pergerakan manusia. Secara keseluruhan, tingkat konsumsi akan cenderung turun karena harga yang terdistorsi akibat mahalnya biaya transportasi dan logistik barang (Damuri dan Hirawan, 2020). 

Sementara itu, dari sisi produksi, beberapa sektor utama di Indonesia juga akan terdampak akibat penyebaran Covid-19, khususnya industri pengolahan (manufaktur). Kontribusi sektor ini cukup signifikan terhadap ekonomi Indonesia (19%-20%) dan produk yang berasal dari industri pengolahan juga menyumbang secara signifikan terhadap total ekspor Indonesia, yaitu di atas 70%.

Kinerja industri manufaktur di Indonesia kemungkinan akan melambat seiring dengan meningkatnya kasus Covid-19 ini (Damuri  dan Hirawan, 2020). Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa mayoritas industri manufaktur di Indonesia  masih bergantung pada impor, yang salah satunya berasal dari China.

Kegiatan produksi di China pun terganggu akibat kasus virus ini. Perlu diketahui bahwa struktur impor Indonesia memang didominasi bahan baku/penolong yang angkanya mencapai di atas 70%. Buah simalakama antara struktur ekspor dan impor inilah yang kemungkinan besar akan berdampak besar pada kinerja industri manufaktur di Indonesia (Damuri dan Hirawan, 2020). 

Secara umum, dampak Covid-19 memang cukup signifikan terhadap ekonomi Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan di atas, perlambatan kinerja industri manufaktur yang diiringi oleh masih melambatnya ekonomi secara global yang berimbas pada penurunan permintaan, secara otomatis akan menurunkan kinerja ekspor Indonesia.

China untuk beberapa kuartal ke depan tampaknya akan mengalami kontraksi ekonomi di mana kegiatan produksi dan produktivitasnya kemungkinan menurun hingga 20%-25%. Sehingga 
ekonomi China kemungkinan hanya tumbuh di kisaran 5% (Damuri dan Hirawan, 2020). 

Kondisi ini akan berdampak besar pada kinerja perdagangan Indonesia di tahun ini. Rantai pasokan dunia akan terganggu akibat terdistorsinya ekonomi China akibat Covid-19. Indonesia perlu mencari sumber bahan baku atau barang modal dari negara lain, meskipun tidak mudah dan harganya lebih mahal. Perlambatan ekonomi China juga perlu dijadikan momentum bagi Indonesia untuk mengoptimalkan potensi di dalam negeri dan diharapkan dapat menjadi pusat produksi alternatif yang dapat berkontribusi terhadap rantai pasokan global (Damuri dan Hirawan, 2020).

Berdasarkan kondisi tersebut, Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menilai, penerapan berbagai kebijakan stimulus ekonomi yang dilakukan pemerintah guna mendorong pertumbuhan ekonomi di semester II-2020, seharusnya mampu meredam laju penurunan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada semester I-2020.

Pada sektor konsumsi, pemerintah perlu berkonsentrasi memberikan stimulus pada sektor industri yang banyak menyerap tenaga kerja, guna mencegah penurunan daya beli masyarakat di level makro.

Sementara pada sektor produksi, pemerintah perlu berkonsentrasi pada komoditas pangan yang 
menjadi kebutuhan pokok dan mendasar guna menghadapi pampak ekonomi yang
diakibatkan oleh pandemik Covid-19.

Pemuda Muhammadiyah bersama pemerintah selalu siap menjadi garda terdepan dalam mengawal program-program pemerintah guna memperkuat perekonomian Indonesia menghadapi Covid-19.

Pemuda Muhammadiyah juga telah melakukan launching Kios WargaMu sebagai langkah kongkret mendorong pertumbuhan ekonomi pada sektor UMKM, sebagai tulang punggung perekonomian bangsa dalam menghadapi dampak pandemik Covid-19. 

img
Sunanto
Kolomnis
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan