Menakar potensi ekonomi transportasi laut
World Resources Institute mencatat Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar, dimana panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km dengan luas wilayah laut 5,4 juta km2, mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta km2.
Luasan tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya kelautan yang besar termasuk keanekaragaman hayati dan nonhayati yang ada di dalamnya, baik yang ada di dalam laut maupun di permukaan laut. Hal ini merupakan modal dasar dalam mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim dunia dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
Bagi sebagian orang, laut sangat identik dengan ikan sebagai sumber daya di dalamnya. Padahal menurut Rokhmin Dahuri, selain perikanan tangkap, setidaknya ada 11 sektor yang bisa dikembangkan dalam bidang kemaritiman agar mampu menyejahterakan masyarakatnya, antara lain: perikanan budi daya, pariwisata bahari, transportasi laut, bangunan laut, energi sumber daya mineral, hutan pantai, sumber daya non-conventional, pulau kecil, dan industri pengolahan hasil laut.
Semua potensi tersebut hampir ada di seluruh wilayah perairan nusantara. Dari 11 sektor tersebut berpotensi menghasilkan US$1,338 triliun/tahun atau tujuh kali lipat APBN 2016 (Rp2.400 triliun = US$190 miliar) atau 1,3 PDB Nasional saat ini, serta berpotensi menampung 45 juta orang tenaga kerja atau 40% total angkatan kerja Indonesia, (Daruhi, 2018). Sebuah angka yang cukup fantastis dan membutuhkan dukungan politik yang kuat untuk bisa mewujudkannya.
Salah satu sektor yang menjadi prioritas pemerintahan saat ini adalah bagaimana mengurangi ketimpangan penawaran dan permintaan barang dan jasa, dari satu daerah dengan daerah lainnya adalah transportasi laut. Pembangunan transportasi laut ini diharapkan akan menjadi pemicu tumbuhnya aktifitas ekonomi di daerah, serta mencegah disparitas harga komoditas antar wilayah.
Maka sangat tepat bagi negeri yang memiliki ruang laut yang sangat luas ini untuk menunjukkan jati dirinya sebagai negara maritim terbesar di dunia. Negeri ini memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan ruang laut tersebut sebagai jalur transportasi utama yang paling efisien karena hampir 80% lebih proses perpindahan barang dan jasa antarpulau menggunakan jasa perhubungan laut.
Barang-barang diangkut adalah yang dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (konsumsi), dan juga barang yang digunakan sebagai bahan baku guna menghasilkan produk akhir (produksi). Sedangkan angkutan orang yang menggunakan jasa transportasi untuk kepentingan tertentu dari suatu tempat ke tempat yang lain, terlebih jika tempat tersebut tidak bisa dijangkau oleh moda transportasi selain angkutan laut. Sehingga kita tidak lagi tergantung pada moda angkutan udara yang harganya sangat tidak menentu.
Dengan berkembangnya angkutan laut ini, sudah pasti akan diikuti dengan pembangunan sektor lainnya, seperti industri pelayaran, galangan kapal serta industri-industri pendukung lainnya.
Indonesia setidaknya memiliki tiga rangkaian Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). ALKI I melintasi Laut Cina Selatan-Selat Karimata-Laut Jakarta-Selat Sunda dan ALKI II melintasi Laut Sulawesi-Selat Makassar-Laut Flores-Selat Lombok, serta ALKI III yang melintasi Sumadera Pasifik-Selat Maluku, Laut Seram-Laut Banda.
Melalui tiga rangkaian AKLI tersebut, surplus dari suatu daerah dapat terdistribusi ke wilayah yang minus, termasuk memindahkan penduduk dari daeah yang padat penduduk ke daerah yang jarang penduduk. Sehingga pergerakan (movement) dari penumpang dan barang merupakan dasar terjadinya perdagangan.
Dengan begitu, ketimpangan antar wilayah dapat diminimalisir. Dari aspek ekonomi, sektor transportasi laut berperan dalam menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya, sehingga petumbuhan ekonomi di daerah dapat tumbuh lebih cepat.
Selain itu, fungsi transportasi dalam perekonomian bagi daerah-daerah yang terlah berkembang antara lain: 1). sebagai penunjang (servicing facility), dan 2). sebagai pendorong atau pendukung (promoting facility).
Namun proses pergerakan barang dan orang ini akan berjalan lancar apabila dibarengi dengan pembangnan infrastrtuktur yang memadai, termasuk armada dan darmaga yang memadai. Jika permintaan terjadap jasa angkutan laut sudah mulai meningkat, maka otomatis akan diikuti dengan pertumbuhan sektor lainnya yang menunjang sektor pelayaran seperti penyerapan tenaga kerja, suplai kebutuhan industri perkapalan, stabilitas harga akibat biaya transportasi yang murah, dan sektor lainnya yang terkait. Hal Ini akan memiliki efek domino pada pertumbuhan ekonomi di sektor lainnya. Adapun nilai ekonomi yang dihasilkan akan sangat tergantung pada volume komoditas yang dihasilkan.
Transportasi laut tidak akan memberikan arti yang signifikan jika tidak di tunjang dengan dengan keberadaan pelabuhan laut yang memadai. Agar daerah-daerah terpencil dan daerah perbatasan dapat terjangkau, maka perlu dibangun pelabuhan (barang dan penumpang) sebagai tempat kapal berlabuh. Hasilnya mungkin tidak akan bisa dilihat dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang, inilah yang menjadi keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif bangsa ini dari bangsa lain.
Masyarakat di daerah akan terangsang untuk memproduksi produk unggulannya yang dibutuhkan oleh daerah lain, tanpa khawatir produk tersebut tidak laku dipasaran. Sekali lagi, komoditas unggulan dapat terdistribusi ke daerah-daerah yang membutuhkan produk tersebut hanya melalui jalur transportasi yang memadai.
Pelabuhan sebagai infrastruktur transportasi laut mempunyai peran yang sangat penting dan strategis untuk pertumbuhan industri dan perdagangan dari suatu daerah. Industri ini merupakan komponen ekonomi yang memberikan kontribusi signifikan dalam perekonomian nasional karena merupakan bagian dari mata rantai dari sistem transportasi maupun logistik.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengelolaan pelabuhan dilakukan secara efektif, efisien, dan profesional sehingga pelayanan pelabuhan menjadi lancar, aman, dan cepat. Sebagai bagian dari sistem transportasi, pelabuhan memegang peranan penting dalam perekonomian.
Sebagaimana halnya China mengembangkan jalur sutra untuk menunjang distribusi produk-produk dalam negerinya, maka Indonesia juga harus membangun jalur transportasi laut untuk mempersatukan suku-suku yang berbeda, adat yang berbeda, produk unggulan dari setiap daerah yang berbeda dengan daerah lainnya. Maka apapun namanya, kebijakan transportasi laut sebagai komponen ekonomi kelautan mutlak dikembangkan untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim.