close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
dok. pribadi Febby Lintang
icon caption
dok. pribadi Febby Lintang
Kolom
Jumat, 25 Oktober 2019 10:59

Catatan kecil untuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nadiem menghabiskan masa sekolah di luar negeri dan minim pengalaman di dunia edukasi dalam negeri.
swipe

Pengumuman dan pelantikan Kabinet Indonesia Maju telah dilakukan presiden. Menariknya, dalam Kabinet Indonesia Maju cukup banyak diisi wajah baru, muda, dan segar. Salah satunya adalah CEO Gojek Nadiem Makarim. Posisi yang diberikan kepadanya cukup berat karena menyangkut masa depan generasi penerus bangsa, yaitu Mendikbud Dikti.

Seketika dunia maya diisi berbagai lelucon tentang diangkatnya CEO Gojek tersebut menjadi Mendikbud, baik itu di grup Whatsapp, Line, maupun Telegram. Pesan dan meme lucu tersebut menggambarkan tidak perlu lagi ke sekolah karena belajar bisa sambil selonjoran lewat aplikasi, bayar sekolah bisa mempergunakan Gopay, sampai kalau guru capai bisa memanggil Go-massage.

Awalnya, kita pasti tersenyum sendiri ketika membaca pesan berantai tersebut, namun setelah ditelaah lagi, pesan tersebut menyiratkan kekhawatiran besar akan nasib dunia pendidikan di tangan yang notabene bukan akademisi atau pun praktisi pendidikan. 

Seperti diketahui Nadiem menghabiskan masa sekolah di luar negeri dan minim pengalaman di dunia edukasi dalam negeri. Hal itulah yang membuat banyak orang mengkhawatirkan masa depan dunia pendidikan.

Lelucon yang dikaitkan dengan kemudahan dan perkembangan teknologi terlihat indah dan mempermudah. Namun jika sampai terjadi, tentu menjadi menyedihkan, karena masa depan bangsa ke depan akan dipenuhi generasi yang hanya peduli pada diri sendiri, egois, dan ingin cepat berhasil tanpa melihat proses. 

Keuntungannya mungkin akan mempercepat berkembangnya bidang teknologi dan industri. Namun dunia pendidikan bukan hanya sekedar belajar-mengajar, menyelesaikan kurikulum akademis, mendapatkan nilai tertinggi dan sempurna seperti dalam permainan online.

Pendidikan bukan hanya sekedar menamatkan sebuah buku dan memindahkan isi buku ke dalam otak manusia. Pendidikan bukan hanya sekedar mengajarkan dan mentransfer ilmu pengetahuan. Pendidikan bukan pula hanya untuk menambah panjang gelar seseorang. 

Sebaiknya kita meninjau lagi cita-cita pendiri bangsa ini terkait sektor pendidikan. Hal itu bisa dilihat dari mukadimah UUD yang menyebutkan mencerdaskan kehidupan bangsa. Itu artinya bukan hanya menjadikan anak-anak bangsa pintar dalam akademis saja, tetapi nilai-nilai edukasi dan pembangunan karakter serta jati diri bangsa sangat penting dalam sebuah proses pendidikan. 

Anak-anak adalah generasi penerus masa depan yang wajib kita bimbing dan edukasi agar menjadi generasi masa depan mumpuni. Kewajiban kita semua adalah memastikan tumbuh kembang anak dapat berjalan sempurna sesuai usianya. 

Tumbuh kembang anak bukan hanya soal fisik, namun juga mental psikis dan spiritual. Oleh karenanya dalam dunia pendidikan di sekolah, anak-anak bukan hanya harus menyelesaikan materi kurikulum dengan nilai sempurna, namun dapat belajar sosialisasi dengan teman sebaya, bekerja sama, bergotong-royong, membantu teman, saling menghargai, menumbuhkan empati dan simpati pada sesama, juga belajar bagaimana menghormati kepada yang lebih tua dan menyayangi teman dan mereka yang lebih muda. 

Peran sekolah dan guru masih sangat penting bagi pengembangan karakter anak, karena anak-anak bukan hanya butuh materi pelajaran demi meraih nilai, namun membutuhkan figur dan keteladanan, juga contoh tindakan dan pembiasaan dalam kehidupan. Kegiatan bersosialisasi dan berkawan dengan teman sebaya di luar ruangan itu tidak dapat digantikan komputer dan robot berteknologi tinggi.

Inti dari pendidikan adalah menciptakan generasi muda yang dapat menguasai iptek dan juga berkarakter sesuai jati diri bangsa Indonesia, bertakwa dan yang pasti harus berbudaya. Hal itu selaras dengan ajaran Trisakti dari founding father, berkepribadian dalam kebudayaan.

Jangan sampai teknologi melibas kebudayaan kita, jangan pula menggusur nilai-nilai moral dan mengubah kepribadian bangsa Indonesia. Jadikan teknologi sebagai pendukung dan sejalan dengan cita-cita para pendiri bangsa ini.

Sebuah pekerjaan rumah yang cukup berat sebetulnya, bagaimana dalan lima tahun ke depan dapat mendobrak sistem pendidikan nasional, namun dapat tetap membangun karakter dan kepribadian generasi muda sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia yang berbudaya, mempertahankan nilai, dan norma keluhuran bangsa Indonesia. 

Selamat bertugas Menteri Pendidikan Periode 2019-2024, semoga tidak melakukan kesalahan dalam membuat kebijakan dalam sistem pendidikan nasional ke depan.

img
Febby Lintang
Kolomnis
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan