close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
icon caption
Kolom
Senin, 03 September 2018 16:11

Brand Indonesia dan Asian Games

 Media exposure yang luar biasa membuat Asian Games begitu strategis bagi pembentukan nation brand
swipe

Pelaksanaan Asian Games sudah berakhir. Di posisi akhir, Indonesia menempati peringkat ke empat dengan perolehan 31 emas, 24 perak dan 43 perunggu. Sungguh capaian yang luar biasa sepanjang keikutsertaan Indonesia di Asian Games. 

Tetapi belum lengkap rasanya jika sukses prestasi yang didapat tidak diikuti sukses membangun brand Indonesia di mata dunia. Mengingat Asian Games 2018 tidak hanya sebatas even olahraga saja. Melainkan sebuah katalis untuk membangun infrastruktur, momentum emas untuk memperbaiki citra dan reputasi negara, wahana untuk mempromosikan pariwisata, pemersatu bangsa yang kini kian terpolarisasi. Sekaligus energi yang membangkitkan kebanggaan segenap anak bangsa.

Asian Games merupakan salah satu even olahraga terbesar di dunia dengan miliaran pemirsa. Media exposure yang luar biasa membuat Asian Games begitu strategis bagi pembentukan nation brand. Hal itu tidak mengherankan mengingat peserta Asian Games 2018 berjumlah 45 Negara. Diikuti 11.300 atlet dan 5.000 officials, terdapat 465 pertandingan olahraga. Mengikutsertakan 13.000 sukarelawan, diliput 11.000 media lokal dan internasional.

Direct impact Asian Games 2018 bagi DKI Jakarta sepanjang 2016-2018 diperkirakan sebesar Rp22 triliun. Berasal dari investasi konstruksi sebesar Rp13,7 triliun (2016-2018), operasionalisasi penyelenggaraan Rp5,8 triliun (2016-2018), pengeluaran pengunjung mancanegara dan domestik Rp2,6 triliun (2018).

Prediksi wisatawan yang hadir sebanyak 408.400 orang (154.069 wisatawan mancanegara dan 254.332 wisatawan domestik). Jumlah kesempatan kerja pada periode 2015-2019 di Jakarta bertambah sebesar 57.300 orang.

Disisi lain, direct economy impact Asian Games 2018 bagi Palembang sebesar Rp18,5 triliun. Terdiri dari investasi konstruksi Rp15,4 triliun (2015-2018), operasionalisasi penyelenggaraan Rp 2,1 triliun, pengeluaran pengunjung mancanegara dan domestik Rp968 miliar (2018)

Prediksi wisatawan yang hadir sebanyak 175.029 orang (66.029 wisatawan mancanegara dan 108.999 wisatawan domestik). Jumlah kesempatan kerja pada periode 2015-2019 di Palembang bertambah sebesar 51.500 orang.

INASGOC sebagai penyelengara even Asian Games 2018 menargetkan penerimaan dari tiga sumber, yaitu, dana sponsor, penjualan tiket dan penjualan merchandise. Jumlah penerimaan yang diperoleh dari sponsor adalah sebesar Rp1,6-1,8 triliun. Penerimaan dari penjualan tiket ditargetkan sebesar Rp50-60 miliar. Penerimaan dari penjualan merchandise ditargetkan sebesar Rp20 miliar dengan keuntungan bersih Rp7 miliar. 

Asian Games 2018 juga berdampak terhadap pertumbuhan beberapa sektor industri, seperti sektor rekreasi dan hiburan yang meningkat cukup besar (26,1%) di DKI Jakarta. Dibangunnya LRT menyebabkan sektor transportasi di Palembang bertumbuh cukup besar (5,91%). Selain itu meningkatnya jumlah kedatangan wisatawan, akan berdampak positif terhadap pertumbuhan sektor rekreasi & hiburan dan perhotelan. 

Asian Games Golden Moment, Golden Opportunity
Berbagai negara telah memanfaatkan even olahraga besar seperti Olimpiade, Piala Dunia, atau Asian Games untuk secara cepat mendapatkan eksposur global, mendongkrak citra dan identitas bangsa, dan memperbaiki reputasi negara.

Tujuannya tak lain untuk menarik tourist, trader, dan investor (TTI) dari seluruh dunia sehingga menghasilkan dampak ekonomi positif ke negara tersebut

Sejak  2000-an muncul sebuah tren dimana negara-negara maju baru (emerging countries) yaitu, BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa) berlomba-lomba memanfaatkan even olahraga untuk mendongkrak nation brand mereka.

China memanfaatkan Olimpiade 2008 di Beijing untuk melakukan diplomasi global dalam rangka membentuk persepsi baru Cina dengan keajaiban ekonomi dan kemampuan penguasaan teknologinya. Kejayaan China ini tergambar pada Beijing National Stadium (Bird’s Nest Stadium) yang berbentuk menyerupai sarang burung.

Diplomasi global ini dilakukan dalam satu paket karena dalam waktu hampir bersamaan China menjadi tuan rumah dua even besar yang lain, yaitu, Shanghai World Expo 2010 dan Asian Games Guangzhou 2010.

Melalui Olimpiade dan Asian Games, China ingin menunjukkan kepada dunia sedang bertransformasi menjadi kekuatan baru ekonomi dunia menandingi Amerika Serikat.

Sementara Afrika Selatan memanfaatkan secara total saat menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010. Hal itu seperti diungkapkan CEO dari Local Organising Committee (LOC) sebagai berikut:

The World Cup is about nation-building, it’s about infrastructure improvement, it’s about country branding, it’s about repositioning, it’s about improving the image of our country, and it’s about tourism promotion. It’s also about return on investment, job creation and legacy. These are the things that drive not only our nation but the nations of the world.”

Melalui even ini, Afrika ingin keluar dari apa yang disebut Simon Anholt “Brand Africa Dilemma” yaitu lepas dari citra negara-negara Afrika pada umumnya yang identik dengan kemiskinan, kelaparan, dan wabah penyakit.

Melalui Piala Dunia 2010 Afrika Selatan melakukan nation brand repositioning sebagai negara termaju di Afrika yang menjadi surga bagi tourist, trader, dan investor

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Melalui Asian Games, Indonesia sebenarnya bisa memosisikan diri sebagai kekuatan ekonomi baru (emerging nation) yang sedang berjuang keras menjadi kekuatan ekonomi terbesar kelima di dunia. Dengan populasi terbesar keempat, Indonesia juga sedang bertransformasi menjadi salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. 

Sebenarnya seperti apa nation brand? Nation brand merupakan citra dan reputasi (national image & reputation) yang ditangkap masyarakat internasional terhadap suatu negara.

Simon Anholt yang dikenal sebagai “bapak nation brand” merumuskan citra dan reputasi sebuah negara ke dalam enam dimensi.

Dimensi pertama disebut export. Merupakan persepsi masyarakat internasional mengenai kualitas produk/layanan yang dibuat oleh suatu negara. Jepang misalnya dikenal dengan produk elektronik dan otomotif atau Swiss dengan produk jamnya.

Dimensi kedua adalah governance. Persepsi masyarakat internasional mengenai kemampuan negara dalam mengelola pemerintahan yang profesional, bersih, dan demokratis. Juga komitmen negara tersebut terhadap isu-isu global seperti perdamaian, keamanan, keadilan, kemiskinan, dan lingkungan. 

Dimensi ketiga, culture & heritage. Persepsi masyarakat internasional terhadap budaya suatu negara baik warisan nenek moyang maupun budaya kontemporer seperti film, musik, seni sastra, dan lain-lain.

Dimensi keempat adalah people. Persepsi masyarakat internasional terhadap kualitas SDM yang dimiliki suatu negara seperti kompetensi, keterbukaan, keramahtamahan, dan sebagainya.

Sedangkan dimensi kelima merupakan tourism. Ketertarikan wisatawan dari seluruh dunia untuk mengunjungi suatu negara baik karena kekayaan budaya, keindahan alam, maupun kehebatan destinasi wisata buatan.

Terakhir adalah dimensi investment & immigration. Kemampuan untuk menarik orang untuk berinvestasi, tinggal, dan belajar di suatu negara. Juga persepsi masyarakat internasional terhadap kualitas hidup dan iklim berusaha di negara tersebut. 

Even olahraga besar (sport mega-event) seperti Olimpiade, Piala Dunia, atau Asian Games bisa menghasilkan dampak yang positif yang mengesankan bagi pembentukan nation brand negara yang menjadi tuan rumah. Kajian ini menggunakan sebuah framework pembentukan nation brand dengan mengusulkan delapan strategi untuk menciptakan nation brand kokoh.

Dengan menjalankan berbagai strategi ini sebelum, selama, dan sesudah penyelenggaraan event (pre-on-post event) akan tercipta nation brand equity yang mencakup tiga aspek yaitu: people (SDM yang kompeten dan ramah), place (tempat mengesankan untuk berwisata dan kondusif untuk investasi), product (produk/brand yang kompetitif di pasar global).

Asian Games juga menjadi etalase bagi produk dan brand Indonesia ke konsumen global. Ya, karena produk dan brand tersebut tertangkap oleh ribuan kamera media asing yang mewartakannya ke seluruh dunia.

Selama dua minggu ini brand-brand Indonesia seperti Indomie, Bank BRI, Bank Mandiri, Telkomsel, Bukalapak, atau Aqua mendapat eksposur global sehingga bisa mengangkat brand image mereka. Secara keseluruhan hal ini juga berdampak positif kepada Indonesia sebagai country of origin dari produk-produk hebat. Berkelas dunia. 

Ada juga Noore, brand “sportyjab” lokal (by Elzatta) yang mendapatkan exposure besar selama Asian Games 2018 karena dikenakan atlet-atlet penyumbang medali Indonesia.

Asian Games juga menjadi ajang untuk memperlihatkan identitas nasional Indonesia. Keunikan Indonesia yang tak dimiliki oleh bangsa lain adalah kebinekaannya, keberagaman budaya, bahasa, adat-istiadat, tari, musik, kuliner, hingga keanekaragaman hayati.

Pagelaran tari Ratoh Jaroe Aceh yang kompak dan kolosal dengan 1.600 penari, tarian Kecak Bali yang ritmis dan eksotis, dan total 19 tarian dari berbagai daerah di Nusantara yang dibawakan 4.000 penari di acara pembukaan mampu secara sempurna menunjukkan Bineka Tunggal Ika ke audiens global. “DNA Indonesia” mampu dikomunikasikan dengan sangat cantik melalui sebuah even olahraga.

img
Yuswohady
Kolomnis
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan