close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi telur ayam./Foto congerdesign/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi telur ayam./Foto congerdesign/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Riset
Rabu, 20 November 2024 06:27

Spesies bersel tunggal menjawab perdebatan telur dan ayam

Jadi, mana yang lebih dahulu? Ayam atau telur?
swipe

“Mana yang lebih dulu, ayam atau telur?” pertanyaan itu diajukan filsuf Yunani Plutarch pada abad 1 Masehi dalam Essays and Miscellanies—sebuah pertanyaan pertama secara tertulis tentang misteri ayam dan telur.

Pertanyaan klasik, tentang mana yang lebih dahulu ada, ayam atau telur, sudah membingungkan manusia selama berabad-abad. Teka-teki biologis ini telah diperdebatkan sejak lama dan membuat penasaran.

Bahkan, perdebatan antara ayam dan telur membuat seorang pria di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara kehilangan nyawa pada Juli lalu. KM, 47 tahun, tewas ditikam seorang temannya, D, 30 tahun usai berdebat hebat perkara tebak-tebakan ayam atau telur.

Lewat penelitian terbaru dari para ilmuwan asal University of Geneva dan Ecole Polytechnique Federale de Lausanne (EPFL), Swiss, yang terbit di jurnal Nature (2024), akhirnya teka-teki itu terjawab. Mereka menyelidiki spesies bersel tunggal yang ditemukan pada 2017 di sedimen laut sekitar Hawaii, yang dinamakan Chromosphaera perkinsii.

“Organisme bersel tunggal yang hidup di dalam lumpur di bawah laut dangkal memiliki kemiripan yang mengejutkan dengan embrio hewan saat bereproduksi,” ujar ahli biokimia dari University of Geneva yang juga memimpin penelitian itu, Marine Olivetta, seperti dikutip dari Science Alert.

“Cara organisme itu membelah diri menyerupai proses pembelahan sel embrio.”

Dikutip dari the National News, spesies ini memisahkan diri dari garis evolusi hewan lebih dari satu miliar tahun silam. Menjadikannya studi kasus yang menarik untuk meneliti proses evolusi yang mengarah pada multiselularitas—bentuk kehidupan yang terdiri dari banyak sel.

Keberadaan C. perkinsii eksis jauh sebelum kemunculan hewan pertama, termasuk telur atau ayam. Rentang waktu yang panjang itu, sebut Earth, memungkinkan C. perkinsii menjadi saksi beberapa perubahan paling monumental dalam kehidupan seperti yang kita kenal.

Dalam evolusi, transisi dari bentuk kehidupan bersel tunggal yang soliter, seperti ragi atau bakteri, menjadi organisme multiseluler yang kompleks, seperti hewan, merupakan bagian yang sangat penting. Proses tersebut dimulai dengan satu sel, telur, dan berkembang menjadi makhluk kompleks.

Menurut Earth, saat mengamati C. perkinsii, para peneliti menemukan, usai sel-sel itu mencapai ukuran maksimum, mereka membelah tanpa pertumbuhan lebih lanjut. Hasilnya adalah koloni multiseluler, yang menyerupai struktur telur ayam. Lalu bertahan selama sebagian besar siklus hidupnya dan sangat mirip dengan tahap awal perkembangan embrio hewan.

“Bukan hanya pembelahan sel dan struktur tiga dimensi yang mereka bentuk mirip dengan tahap awal perkembangan embrio hewan, tetapi aktivitas genetik mereka juga sejalan dengannya,” tulis Earth.

Temuan menarik dari penelitian ini adalah prinsip perkembangan embrionik sudah ada sebelum hewan atau mekanisme perkembangan multiseluler berevolusi secara terpisah di C. perkinsii. Terkait ayam atau telur yang lebih dahulu ada, menurut tim peneliti, kemungkinan besar blok pembangun sel reproduksi betina atau telur, telah muncul jauh sebelum ayam berevolusi.

“Dengan demikian, alam mungkin sudah memiliki alat genetik untuk menciptakan telur, jauh sebelum ayam ada,” tulis Earth.

Penelitian dari ilmuwan Swiss tersebut mematahkan beberapa riset terdahulu. Misalnya, penelitian yang diterbitkan tahun lalu di jurnal Nature Ecology & Evolution yang dikerjakan para periset dari Nanjing University dan University of Bristol.

Dalam riset itu, para peneliti menyelidiki 51 spesies fosil dan 29 spesies hidup yang dikategorikan dengan ovipar (bertelur cangkang keras atau lunak) dan vivipar (melahirkan). Para peneliti menemukan, archosauromorpha—nenek moyang archosaurus modern seperti burung dan buaya—bereproduksi melalui kelahiran serta proses yang disebut extended embryo retention (EER) atau penahanan embrio yang diperpanjang.

Dalam proses ini, induk akan mempertahankan embrio mereka hingga titik tertentu sebelum melepaskannya, alih-alih bertelur dengan cangkang keras di mana embrio bisa tumbuh dan berkembang lebih lanjut. Intinya, menurut penelitian ini, ayam lebih dahulu ada daripada telur.

Penelitian sebelumnya, yang terbit di jurnal Nature (2020) juga mendukung teori ayam lebih dahulu dari telur. Penelitian itu menyebut, telur pertama kemungkinan punya cangkang lunak, yang menjadi indikasi adanya penahanan embrio.

Ada pula penelitian lain yang mendukung teori ayam lebih dahulu dari telur, yang dikerjakan para peneliti dari Sheffield and Warwick Universities pada 2010. Penelitian ini menyebut, protein kunci dalam telur, yakni ovocledidin-17, diproduksi di ovarium ayam.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan