close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
ilustrasi Ki Hadjar Dewantara. Foto gtk.kemdikbud.go.id/
icon caption
ilustrasi Ki Hadjar Dewantara. Foto gtk.kemdikbud.go.id/
Sosial dan Gaya Hidup
Rabu, 29 Desember 2021 16:49

Reinterpretasi rumusan seni dan budaya, ajaran luhur taman siswa

Rumusan seni dan budaya dari Ki Hajar Dewantara perlu di reinterpretasikan secara aktual.
swipe

 

Ki Hajar Dewantara atau yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan memiliki banyak nilai-nilai luhur yang diajarkan. Salah satu nilainya ada seni dan budaya.

Akan tetapi rumusan seni dan budaya dari Ki Hajar Dewantara perlu di reinterpretasikan secara aktual. Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar ISI Yogyakarta sekaligus Pengamat Seni & Budaya M Dwi Marianto.

Dalam webinar Satu Abad Perguruan Tamansiswa 'Membangun Tamansiswa Melalui Seni dan Budaya' dia mengatakan, pemikiran Ki Hajar Dewantara harus dipikirkan ulang apakah masih relevan atau harus dipaskan dengan situasi saat ini.

Berbicara mengenai seni menurutnya sebelumnya seniman hanya memandang, tidak terlibat dan tidak menyampaikan secara langsung. Kemudian muncul gerakan konseptual art, di mana seniman tidak hanya merefleksikan memandang dari jauh tetapi harus terlibat.

"Dan tidak boleh terlibat estetika yang itu-itu saja, dengan istilah dan pemahaman yang tidak berkembang," paparnya Rabu (29/12).

Menurutnya, konseptual art mengajarkan bahwa seniman tidak boleh tergantung para kurator, penulis seni, akademisi, dan sejarawan tapi harus nyatakan dirinya dengan berbagai moda.

"Barangkali bisa digunakan sebagai referensi Arnold Berleant keluarkan istilah aesthetic engagement. Tidak boleh hanya menonton, seniman terlibat," lanjutnya.

Tidak boleh, imbuhnya, seniman seni rupa hanya membuat grafis dan lukisan atau dengan moda kesenian yang sempit. Dengan aesthetic engagement harus berani kaitkan media yang dikembangkan dengan media orang lain.

"Jadi seniman ini ketika konsepkan cara pandang estetikanya jangan hanya dibatasi estetika yang masih masa lalu keindahan fisik dan bentuk, tapi dia terlibat ikut melestarikan ekosistem," tuturnya.

Sementara itu, Dewan Pembina Perkumpulan Keluarga Besar Tamansiswa (PKBTS) Hajar Pamadhi mengatakan, membangun Tamansiswa melalui seni budaya menjadi modal dasar dalam membangun Tamansiswa.

"Ketika bicara modal budaya ada beberapa hal. Saya khususkan dalam pola seni dulu, saya melihat ternyata Tamansiswa menghasilkan para seniman yang luar biasa," ucapnya.

Senada dengan Dwi Marianto, dia menyebut perlu adanya rekonseptualisasi ajaran dari Ki Hajar Dewantara. Konsep yang ada harus dilakukan penyesuaian.

"Tamansiswa ajaran harus disesuaikan ekosistem, harus kuat kita harus masuk di dalamnya," lanjutnya.

img
Anisatul Umah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan