close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Perang urat syaraf Arab Saudi versus AS diprediksi akan menegrek harga minyak dunia. Freepik
icon caption
Perang urat syaraf Arab Saudi versus AS diprediksi akan menegrek harga minyak dunia. Freepik
Dunia
Rabu, 14 Juni 2023 07:32

Perang urat syaraf Arab Saudi vs AS akan kerek harga minyak dunia, Indonesia terdampak?

Memanasnya hubungan Arab Saudi dan Amerika Serikat berawal dari rencana pembuatan regulasi tentang harga batas atas minyak OPEC+.
swipe

"Perang urat syaraf" antara Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi diprediksi bakal berdampak negatif, terutama mengerek harga minyal global. Adu kuat ini bermula dari "Negeri Paman Sam" yang berencana membuat regulasi tentang harga batas atas minyak negara-negara OPEC+.

"Harga minyak dunia bisa berpotensi naik seiring dengan kebijakan pengurangan produksi minyak dunia. Diitambah lagi dengan ancaman serius Arab Saudi yang akan 'memporakporandakan' ekonomi Amerika Serikat," ujar Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi dan Batu Bara Indonesia (Aspebindo), Anggawira.

"Ini bisa menjadi mimpi buruk bagi sektor energi, utamanya minyak," sambungnya dalam keterangannya, Selasa (13/6).

OPEC+ adalah organisasi gabungan negara penghasil minyak yang dipimpin Arab Saudi, OPEC, dan negara nonanggota tetapi memiliki produksi besar, salah satunya Rusia. Adapun rancangan undang-undang (RUU) No Oil Producing and Exporting Cartels (NOPEC) mencuat seiring adanya penolakan Arab Saudi atas permintaan AS: menaikkan produksi minyak.

Arab Saudi memutuskan memangkas produksi minyak hingga 1 juta barel/hari. Sementara itu, AS merupakan produsen sekaligus konsumen terbesar minyak mentah dunia.

AS memproduksi 16,8 juta barel minyak/hari pada 2022 atau setara 18% total produksi minyak global. Adapun konsumsi dalam negerinya 19 juta barel minyak/hari atau sekitar 20% dari total konsumsi minyak dunia.

Di sisi lain, Arab Saudi adalah salah satu produsen terbesar minyak mentah dunia dengan kapasitas 10,95 juta barel minyak/hari. Angka ini setara 12% dari total produksi dunia.

Anggawira menambahkan, Indonesia merupakan net importer minyak sehingga terancam terdampak serius jika harga minyak dunia mengalami kenaikan. "Pemerintah harus mengambil sikap untuk menjaga harga BBM tetap terjangkau dan tetap menjaga daya beli masyarakat."

Pada 2022, pemerintah menggelontorkan anggaran sekitar Rp502,4 triliun untuk kompensasi dan subsidi energi seiring melonjaknya harga minyak dunia. Angka tersebut naik 3 kali lipat dibandingkan anggaran subsidi 2021 sebesar Rp152,5 triliun.

img
Fatah Hidayat Sidiq
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan