close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Pixabay.com.
icon caption
Ilustrasi Pixabay.com.
Bisnis
Rabu, 08 November 2023 12:00

Laju perekonomian melambat, ekspor-impor anjlok drastis

Pertumbuhan ekonomi kuartal-III melambat karena kinerja ekspor, impor, dan belanja pemerintah yang negatif.
swipe

Pemerintah mengatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal-III 2023 yang sebesar 4,94% masih terjaga di tengah meningkatnya risiko dan perlambatan ekonomi global. Meski melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal-II yang sebesar 5,17%, Kementerian Keuangan menilai Indonesia termasuk salah satu negara dengan kinerja pertumbuhan ekonomi yang masih relatif kuat. 

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil di tengah tantangan global. Hal ini menunjukkan APBN telah menjalankan fungsinya sebagai stabilisator dan shock absorber untuk melindungi masyarakat dengan baik,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, Selasa (7/11).

Dari sisi pengeluaran, konsumsi masyarakat sebagai kontributor utama tumbuh sebesar 5,1% (year on year) pada kuartal-III 2023. “Laju konsumsi rumah tangga yang tumbuh positif didukung oleh daya beli masyarakat yang terjaga dengan tingkat inflasi yang terkendali,” ungkapnya. 

Untuk mengatasi inflasi, Febrio mengatakan peran APBN terus dioptimalkan untuk melindungi masyarakat melalui pemberian bantuan pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta penguatan distribusi pasokan pangan. Pemerintah juga memperkuat koordinasi pusat dan daerah melalui TPIP (Tim Pengendalian Inflasi Pusat) dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) terus diperkuat.

Namun, konsumsi pemerintah sepanjang kuartal-III mengalami kontraksi sebesar 3,8% (yoy). Pemicunya adalah pergeseran pembayaran gaji ke-13 yang dilakukan di kuartal-II. Febrio mengharapkan realisasi belanja pemerintah dapat memiliki multiplier effect yang lebih tinggi terhadap perekonomian bagi keberlangsungan transformasi ekonomi.

Di saat yang sama, Investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menunjukkan kinerja impresif yakni tumbuh 5,8% (yoy).  “Ekspansi aktivitas konstruksi mendorong kinerja PMTB bangunan yang tumbuh mencapai 6,3% (yoy) sejalan dengan penjualan semen domestik yang tumbuh sebesar 8,4%. Di periode yang sama, pertumbuhan belanja modal pemerintah yang mencapai 32,4% (yoy) turut mendorong pertumbuhan barang modal bangunan. Kinerja pertumbuhan nonbangunan terjadi pada investasi kendaraan yang tumbuh mencapai 21,3% (yoy). 

Adapun ekspor barang dan jasa juga terkontraksi sebesar 4,3% (yoy) akibat pelemahan permintaan global. Menurutnya, penurunan kinerja ekspor tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga terjadi di banyak negara akibat melemahnya aktivitas ekonomi dunia,” katanya. 

Meskipun pertumbuhan ekspor Indonesia secara nilai termoderasi, volume ekspor produk hilirisasi seperti ekspor besi baja dan ekspor nikel tumbuh kuat. Di mana keberlanjutan hilirisasi SDA diharapkan dapat semakin meningkatkan daya saing ekspor dan memperkuat posisi Indonesia di dalam peta perdagangan internasional. Sementara itu, impor pada kuartal-III 2023 juga terkontraksi sebesar 6,2% (yoy), terutama bersumber dari penurunan impor bahan baku/penolong.

Secara spasial, tren pertumbuhan positif juga terjadi di semua kawasan. Wilayah Jawa sebagai kontributor utama perekonomian mampu tumbuh sebesar 4,8% (yoy). Kinerja sektor manufaktur dan jasa menopang pertumbuhan ekonomi pada kawasan ini. Sementara, wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua mampu tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yaitu masing-masing sebesar 6,4% dan 9,3% pada kuartal-III 2023. Pengembangan hilirisasi mineral masih menjadi pendorong pertumbuhan kawasan ini. 

Ekonom senior Aviliani menilai turunnya laju perekonomian kuartal-III memang dipengaruhi banyak hal. Perang Ukraina-Rusia serta invasi Israel sangat mempengaruhi rantai pasok global, kebijakan negara, dan harga komoditas.

“Ekspor tadinya tumbuh sampai 21,26% sekarang minus 4,26%. Karena itu, konsumsi rumah tangga harus dijaga, paling enggak bisa mengurangi pengaruh dari luar,” katanya dalam Webinar Prospek Makro Ekonomi dan Market Update, Perbankan, dan Multifinance 2024 oleh Media Asuransi, Selasa (7/11). 

Aviliani menekankan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah yang totalnya berkontribusi hingga 80% terhadap total pertumbuhan ekonomi. Namun, dia menyayangkan konsumsi pemerintah yang juga turut melambat di kuartal ketiga atau kontraksi hingga 3,76%.  

“Harusnya bagaimana pemerintah bisa belanja tepat waktu sebagai stimulan, kalau negatif sangat disayangkan mereka harus jalan sendiri tanpa stimulasi dari pemerintah,” katanya.

Menurutnya, terkait kondisi ekspor impor yang terkontraksi, pemerintah harus memilah mana industri yang sudah tertatih dan mana yang masih bertahan. “Sehingga perlu kebijakan baru seperti Perppu Restrukturisasi pandemi lalu atau stimulasi agar tumbuh lagi dengan kondisi ekonomi yang belum baik,” tandasnya.

img
Kartika Runiasari
Reporter
img
Kartika Runiasari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan