Sejak pandemi Covid-19 diumumkan pemerintah pada Maret, ekonomi tanah air langsung terasa lesu. Ini terlihat dari konsumsi rumah tangga selama kuartal 1 yang mencatat penurunan pertumbuhan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan konsumsi rumah tangga (RT) pada kuartal pertama 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan dari 5,02% pada kuartal pertama 2019 menjadi 2,84% pada kuartal pertama 2020.
Padahal kontribusi dari konsumsi RT mencapai separuh produk domestik bruto atau PDB. Kepala BPS Suhariyanto menyebut kontribusinya mencapai 58,14% terhadap PDB.
Perlambatan pertumbuhan konsumsi RT tentu berdampak signifikan pada perekonomian keseluruhan. Sektor konsumsi yang mengalami penurunan antara lain: pakaian, alas kaki dan jasa perawatan hingga pertumbuhannya minus 3,29% pada kuartal pertama 2020. Bandingkan dengan kuartal 1 2019 yang tumbuh sebesar 4,48%.
Sektor konsumsi lain yang terhantam yakni: transportasi dan komunikasi yang minus 1,18% dibandingkan kuartal 1 2019 tumbuh 5,13%. Selanjutnya sektor restoran dan hotel yang sempat tumbuh 5,64% pada kuartal pertama 2019 pertumbuhannya susut menjadi 2,39% di kuartal pertama 2020.
Bahkan penjualan sepeda motor anjlok hingga 17,25%. Transportasi mengalami penurunan sebab jumlah penumpang baik angkutan rel dan udara terkontraksi cukup besar.
Meski begitu, ada pula sektor yang mengalami pertumbuhan. Misalnya pada sektor kesehatan dan pendidikan yang kuartal 1 2020 tumbuh hingga 7,85% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 5,54%.
Sektor lain adalah perumahan dan perlengkapan rumah tangga naik 4,47% pada kuartal 1 2020 dari sebelumnya tumbuh 4,39% pada kuartal 1 2019.
Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah per April pun dipastikan memperlemah konsumsi RT.
"Adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan imbauan untuk kurangi aktivitas kegiatan berdampak kepada penurunan sejumlah komponen konsumsi," kata Suhariyanto.
Apalagi penjualan eceran pada kuartal pertama 2020 juga mengalami kontraksi sebesar 2,22%. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan realisasi pada kuartal pertama 2019 sebesar 8,79%.
Penurunan konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama telah berdampak kepada pertumbuhan ekonomi yang hanya mampu mencapai 2,97%, jauh dari target 4,5%.